Senin, 06 Mei 2013

[RYEOWOOK] I Love when you play The Piano

~~Aku sudah melihat video konsermu kemarin.
Oppa, boleh aku mengatakan sesuatu tentang itu? Aku menyukai ketika kau memainkan piano. Bisakah kau memainkannya untukku suatu saat nanti? Aku ingin alunan dari tuts piano yang kau tekan itu seutuhnya untukku…
Bisakah oppa?
Aku sangat menyukai ketika kau memainkan piano disaat konser KRY kemarin..
Oppa, bisakah suatu saat nanti aku duduk disampingmu disaat kau memainkan piano itu? Bisakah oppa?
Oppa, saranghae. Jeongmal saranghae... ~~

Kututup buku harian berwarna biru itu. Lalu kupandangi wajahnya yang cantik itu. Sekarang ia sedang tertidur dengan sangat nyaman. Namun, sangat terlihat bahwa ia sedang menahan sakit yang sangat menyiksa dirinya. Park Huna. Ya, gadis cantik yang usianya terpaut dua tahun lebih muda dariku ini adalah teman dekatku sekarang. Hmm.. Tidak. Bukan sekarang, bahkan aku sudah mengenalnya sejak kami berada dibangku sekolah menengah atas. Bahkan disaat memasuki kehidupan perkuliahan, kami masih saja bersama- sama hingga sekarang. Dia adalah seorang yang sangat baik, pintar, ceria, sangat suka tersenyum, dan dia selalu bisa membuatku nyaman berada disisinya. Kami selalu bersama kemana saja. Entah mengapa, aku sangat senang jika berada didekatnya. Namun sayang, disaat kami sudah menyelesaikan pendidikan perkuliahan dan sedang senang dengan pekerjaan yang kami dapatkan, ia tiba- tiba saja jatuh sakit. Awalnya kami mengira ini adalah sakit yang biasa. Namun, ia semakin hari semakin tak kunjung sembuh. Akhirnya suatu hari aku mendapatkan kabar yang sangat mengejutkan tentang dirinya. Ia menderita kanker hati. Dan ini sudah stadium akhir.  Dokter mengatakan ini dikarenakan ia tak pernah memeriksakan kesehatannya, dan akhirnya seperti ini. Hari itu aku kerumahnya, rencana awal aku ingin mengajaknya berjalan- jalan. Tapi, setelah sampai dirumahnya, pembantunya mengatakan bahwa ia sudah masuk rumah sakit sejak tadi malam. Entah apa rasanya hatiku saat itu.  Melihatnya berada diruang yang penuh dengan alat- alat kesehatan itu membuat hatiku sakit. Perih. Namun saat itu aku hanya bisa memandanginya dari jendela kamarnya. Ini dikarenakan dokter mengatakan ia harus beristirahat.

Malam ini aku mengunjunginya setelah selesai dari konser Super Junior. Rasanya aku sudah sangat merindukannya. Sudah beberapa hari ini aku tidak mengunjunginya dirumah sakit. Karena jadwal konser yang sedang padat, aku terpaksa untuk tidak mengunjunginya. Selama masa jadwal konserku, kami hanya berkomunikasi lewat telepon saja.  Malam ini aku datang sudah agak larut malam. Untungnya aku masih bisa untuk menemuinya walaupun ia sekarang sudah terlelap. Ketika memasuki kamarnya, aku langsung mendapati dirinya yang sudah tertidur lelap dengan memeluk buku hariannya yang berwarna biru itu. Dan tak sengaja aku membaca sedikit isi di dalamnya. Segurat senyum terlintas diwajahku, bahwa ia sudah menonton video konserku kemarin. Didalamnya tertulis bahwa ia menyukai disaatku memainkan piano. Dan sebuah kalimat itu sedikit mengangetkan ku. "Oppa, saranghae. Jeongmal sarangahae". Aku memang menyayanginya, bahkan sangat menyayanginya. Namun, untuk mencintainya, aku sedikit takut untuk itu. Super Junior punya banyak fans diluar sana, dan tentunya mereka adalah fansku juga. Aku takut nanti ia tidak siap dengan segala hal yang akan terjadi. Aku tau fans ku tidak akn melakukan apapun yang akan membahayakannya, namun terkadang menjadi seorang idola itu harus mengorbankan segala hal tentang dirinya untuk membahagiakan fansnya. Dan jika nanti ada disaat sesuatu hal yang menyangkut tentang kehidupan pribadiku dangan dirinya, dan ia mendengar sesuatu hal yang harus kusembunyikan, dan tak siap, maka itu akan menyakitinya. Itu saja hal yang sangat tidak aku inginkan. Aku selalu ingin melihatnya tersenyum. Jadi, yang aku bisa lakukan adalah hanya bisa berada disisinya dan berusaha membuatnya tersenyum.

Tak sengaja aku melihat fotoku berada dihalaman paling depan di buku hariannya itu. Hah.. Apa yang bisa kulakukan. Aku hanya bisa berada disisinya dan tetap menjadi temannya. Kembali ku letakkan buku hariannya itu di dalam pelukannya. Sejenak ku elas tangan halusnya dan ku kecup keningnya sebelum akhirnya aku kembali ke dorm untuk beristirahat. Lalu ku letakkan buket bunga mawar putih yang kubawa tadi di meja samping tempat tidurnya. Terlihat laptop biru kesayangannya terletak disana. Itu berarti benar bahwa ia tadi menonton konserku. Lalu aku pun beranjak dari kamarnya.

"Cepatlah sembuh dan kembali tertawa untukku. Aku merindukan itu"
aku berbisik ditelinganya sebelum benar- benar pulang.

Keesokan harinya…
Pagi ini entah mengapa aku sangat malas untuk bangun. Sekarang aku hanya berguling- guling di tempat tidurku. Udara dingin serasa menusuk tulangku. Kembali ku tarik selimut untuk menghangatkan tubuhku. Samar- samar ku dengar suara ribut diluar kamarku. Member yang lain pasti sudah bangun. Dan aku entah mengapa sangat malas untuk bangun. Jadwal kami masih nanti sore untuk dilakukan. Sejenak aku hanya terdiam didalam selimutku. Dan beberapa detik kemudian, aku tersentak karena getar dari handphoneku. Menandakan ada pesan yang masuk. Dan senyum langsung tersirat diwajahku ketika melihat siapa yang mengirimku  pesan ini.  Park Huna.

"Oppa, kau sudah pulang dari Jepang? Kenapa tidak memberitahuku..  Tadi malam kau ke rumah sakit? Hhmm.. Dan kau yang memberikanku bunga mawar putih ini? Mengapa tidak membangunkanku… Gumawo oppa :)"

Langsung aku menekan tombol hijau di handphoneku. Memulai panggilan untuknya. Dan selang beberapa menit, aku langsung bisa mendengar suaranya.

"Yoboseyo.." suaranya yang khas itu langsung memasuki telingaku
"Yoboseyo?" kataku sedikit bertanya
"Hahaha… ne oppa, wae?" ia tertawa mendengar kalimatku yang seperti bertanya itu
"Kau suka bunganya?"
"Ne. sangat suka oppa, gomawo"
"Ne"
"Kapan kau kembali dari Jepang? Tadi malam mengunjungiku, kenapa tidak membangunkanku huh?"
"Aku kembali sudah dari dua hari yang lalu, tapi kemarin langsung menyambung dengan jadwal berikutnya. Mian, aku tidak memberitahumu…  Hmm.. Ne. Aku tidak mau mengganggu tidurmu. Jadi nya  ya aku hanya bisa melihatmu saja"
"MWO? Kau sudah pulang dari dua hari yang lalu? Kenapa tidak memberitahuku? Aiisshh jinja, oppa, kau jahat sekali." katanya sedikit berteriak
"Hehehehe… mianhe, kalau aku beritahupun, aku belum bisa mengunjungimu saat itu juga, jadinya aku diam saja. Kau marah?"
"Aiisshh.. Setidaknyakan hatiku sedikit senang kau sudah kembali ke Korea oppa. Hmm.. Arra, aku mengerti oppa. Lagi pula untuk apa aku marah kan…"
"Gomawo Huna. Aku tau kau begitu."
"Hhmm..  Oppa, aku sudah menonton video konsermu kemarin. Konser KRY yang di Jepang ini."
"aahh.. Jinja? Waaahh cepat sekali kau sudah menontonnya, padahal aku belum bercerita apapun."
"Oppa, kau itu terkenal, jadi sebentar saja konser, aku sudah bisa mendapatkan banyak video konsermu di youtube. Jadi aku sudah menontonnya. Oppa, aku sangat suka dengan konser itu. Terutama disaat kau memainkan piano. Oppa, aku menyukai ketika kau memainkan piano itu." katanya dengan semangat   
"Jinja? Waaahh ternyata kau sangat memperhatikanku.. Hahahaha… gomawo Huna, jeongmal gomawo" kembali segurat senyuman tersirat diwajahku. Aku sangat bahagia ketika ia menceritakan itu.
"Ah, tapi oppa, ada satu part yang aku tidak suka denganmu disaat konser itu"
"mwo? Part yang mana? Aahh aku kira kau suka semuanya…" kataku seketika lemas mendengar kalimatnya
"hhmm.. Ketika kau menyanyikan lagu baby. Bersikap seperti itu dengan penari itu. Dan di akhirnya, mengapa kau seperti ingin menciumnya? Aiisshh aku sangat tidak suka dengan part itu."
"Hahahahahha…" seketika tawaku meledak mendengar kalimatnya yang begitu saja meluncur dari mulutnya itu
"AHHH.. OPPA…mengapa kau tertawa?"
"Ahh.. Hmm.. Mianhe Huna. Hmm.. Huna, itu kan hanya acting, tidak betulan. Dan part terakhir itu juga acting. Tidak mungkin itu aku lakukan. Itu sudah menjadi bagian dari skenario konser. Ini supaya ELF semakin semangat dengan konsernya. Itu saja.. Mianhe Huna.."kataku menjelaskan
"hhmm.. Aku tau, oppa. Tapi entah mengapa aku tidak suka saja"
"HHmm.. Tidak apa- apa, itu wajar. Kau kan juga salah satu ELF, jadi ya memang seperti itu."
"siapa bilang aku ELF, oppa?
"Ha? Wae? Kau kan menyukaiku, itu berarti kau ELF, Huna…" kataku protes
"Ha? Siapa bilang aku menyukaimu. Aku menyukai suaramu, oppa"
"Aah.. Itu sama saja. Menyukai suaraku berarti juga menyukaiku, dan kau itu ELF" kataku menegaskan
"eh, tapi kan aku sudah mengenalmu sejak kita SMA dulu, sebelum kau menjadi seperti sekarang"
"Hmm.. Pokoknya sama saja. Kau itu ELF, tidak penting sejak kapan kita saling kenalnya"
"Hahahahhha.. Iya, baiklah oppa. Aku mengikut saja apa katamu. Kau ini, tidak mau kalah sedikitpun. Oppa, kau tidak ada jadwal hari ini?"
"Hmm.. Ada, nanti sore jadwalku. Wae?" tanyaku
"Ooh.. Ani, aku hanya ingin bertemu denganmu. Sepertinya aku benar- benar merindukanmu oppa.."
"Oh jinjja? Hhmm mianhe Huna, sepertinya aku belum bisa menemuimu. Mungkin lusa kita baru bisa bertemu.."
"Ah, benarkah? Waahh sayang sekali.. Hmm.. Baiklah, tidak apa- apa. Jadwal mu lebih penting, oppa"
"Mianhe Huna, lusa nanti aku akan menemuimu. Aku janji…" kataku meyakinkan
"Hhmmm.. Tidak apa- apa oppa. Tidak usah berjanji, nanti kalau tidak bisa kau memenuhinya, kau sendiri yang susahkan. Hahahaha.. Tidak usah terlalu di pikirkan, oppa. Nanti kalau kau sudah ada waktu kosong kasih tau aku, ne?"
"Hhhmm.. Baiklah…" kataku sedikit menyesal
"Oppa, sepertinya teleponya sampai disini dulu ya. Aku harus menjalani pemeriksaan dulu, ini susternya sudah datang. Mianhe oppa.."
"Aahh.. Baiklah..nanti aku telepon lagi, ne. Cepat sembuh, Park Huna. Semangat untuk pemeriksaannya. FIGHTING Huna !!" kataku sambil mengangkat genggaman tanganku ke udara untuk menyemangatinya. Walau ia tak dapat melihatnya, aku yakin ia bisa merasakannya.
"Hahhahaha.. FIGHTING ! Untuk semua dan terutama mawar putihnya, gomawo oppa. Aku sangat menyukainya. Aku tutup teleponnya ne…"
"Hhhmm… ne, bye Huna" kataku lalu menutup hubungan telepon diantara kami

Aku sangat senang bisa mendengar suaranya pagi ini. Seketika semangatku kembali muncul setelah selesai meneleponnya. Mendengar ia bercerita bahwa ia sangat senang setelah menonton konserku, itu adalah hal paling menyenangkan pagi ini. Semua terasa sangat gampang untuk dilakukan. Dan jadwal yang bertumpuk itu seperti ringan untuk dilakukan. Ya, Park Huna, gadis yang paling bisa membuatku senang. Namun, satu hal yang aku sesali, aku tidak bisa menemuinya sampai lusa nanti karena jadwalku yang sedikit padat. Padahal ia sendiri sudah mengatakan bahwa sangat ingin bertemu denganku.
 Aku berjanji akan melakukan sesuatu untuknya disaat kami bertemu nanti.

~~Lusa~~

Hari ini setelah menyelesaikan jadwalku yang terakhir aku akan menemui Huna dan seperti janjiku, aku akan melakukan sesuatu untuknya.

"Hari ini jadi kan kita bertemu? Tapi maaf Huna, aku baru bisa menemuimu malam nanti, tidak apa- apa kan? Jam 7 nanti aku akan kerumah  sakit.. Tunggu oppa ne :)"

Sejenak aku mengiriminya pesan untuk mengabari bahwa nanti aku akan menemuinya. Lalu aku kembali ke rutinitas awal, melanjutkan jadwal padatku. Selama menjalani jadwalku, pikiranku tak sepenuhnya berada disini, sebagian aku memikirkan Huna yang berada dirumah sakit. Ada satu hal yang ingin aku lakukan untuknya malam ini.
Hari pun berlalu begitu cepat, tak terasa sekarang sudah pukul 5 sore dan jadwalku untuk hari ini berakhir sampai disini. Memang hari ini tidak ada jadwal yang memaksa kami kerja hingga sampai larut malam seperti biasanya. Setelah berpamitan pulang, kami semua langsung menuju dorm. Sesampainya di dorm, aku langsung membersihkan diriku dan segera bersiap- siap untuk menemui Huna. Sebelumnya aku sudah meminta izin ke manager untuk pergi sebentar dan juga sudah mengatakan dengan member yang lain. Jadi tidak ada yang bingung mengapa aku seperti ini sekarang. Tepat pukul 6 aku berangkat menuju rumah sakit tempat Huna dirawat. Tak lupa sebuket mawar putih kesukaan Huna sudah kugenggam ditangan. Dan tepat sepuluh menit sebelum jam 7, aku sudah sampai dirumah sakit, dan langsung menuju kamar Huna.

"Huna, anyyeonghaseyo" kataku memasuki kamarnya. Terlihat ia sibuk dengan laptopnya.
"Anyyeong.. Aaaahhh, oppaaa…" teriaknya setelah melihatku datang lalu membantangkan tangannya lebar seperti ingin memelukku
"Aaahhh… Huna…" teriakku pun, lalu mengahampirinya dan memeluknya.
"Oppa, akhirnya aku bisa bertemu denganmu. Aku sangat merindukanmu, oppa"
"jinjja? Ahahahha.. Akhirnya aku bisa melihat senyumu lagi.. Aku juga merindukanmu.." kataku sambil menggoyang- goyangkan tubuhnya dipelukanku
"Ahahahaha….kau menepati janjimu, oppa"
"Ne, aku tau. Ah, ini untukmu" kataku melepas pelukan dan memberikannya mawar putih yang kubawa tadi
"Aaahhh… gomawo, oppa. Cantik sekali" katanya sambil memandangi mawar itu
"Kau senang aku datang?"
"Sangat senang, oppa. Sepertinya aku sudah lama sekali tidak melihatmu"
"Ahahahahha.. Aku juga. Ah, kau sudah makan? Bagaimana kabarmu?"
"Sudah oppa. Baik, bahkan sekarang menjadi sangat baik ketika kau datang. Kau sudah makan? Bagaimana jadwalmu, padat sekali?"
"Sudah, tadi sebelum aku kesini. Hhmm.. Ya begitulah, kau tau sendiri kan bagaiman jadwalku. Ah, baiklah kalau begitu, kalau kau sudah makan, ayo ikut denganku sebentar" Kataku sambil menarik pergelangan tangannya
"Ha? Kemana oppa? Emangnya boleh dengan dokterku? Aku kan sedang masa pengobatan, oppa" katanya cemas
"Hhmm.. Tenang saja. Tadi aku sudah meminta izin ke doktermu. Kajja ! Aku hanya punya waktu satu jam untuk menculikmu. Hahahahaaa.."kataku menggodanya
"Ha? Baiklah, hahahahhah…"
"Hhmm.. Tunggu. Matamu harus ditutup dulu.  Kau tenang saja, tidak akan ada apa- apa. Kau aman" kataku sambil menutupi matanya dengan penutup mata yang ku bawa

Kami pun akhirnya pergi meninggalkan rumah sakit. Aku tau ia sangat bosan berada disini. Makanya aku ingin memberinya sedikit kejutan malam ini. Setelah 15 menit kemudian, akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Ini seperti ballroom di suatu hotel. Aku sudah mempersiapkannya semenjak telepon kami kemarin. Entah mengapa tiba- tiba ide ini tersirat begitu saja dibenakku. Dan sekarang hanya ada kami berdua disini.

"Jangan buka matamu, sampai nanti aku suruh ne.. Berdiri saja dulu disini"
Kataku berbisik ditelinganya sambil membuka penutup matanya

"1..2..3.. Park Huna, sekarang kau boleh membuka matamu" kataku kemudian
"Hmm.. Oppa, aahh.. Mataku.. Oppa, kau dimana? Mengapa gelap sekalii disini? Oppa.."

Dengan diterangi oleh satu sorot lampu, aku pun mulai memainkan piano putih yang ada didepanku dengan intro lagu Your  Eyes Super Junior KRY, lagu dari subgrupku. Sejenak ia hanya bisa terdiam di tempatnya. Tak mengeluarkan sepatah katapun. Sampai aku menghentikan intro dari lagu ini.

"Huna, sampai kapan kau mau berdiri disitu? Apa kau tidak mau duduk disampingku? Menemaniku memainkan piano ini?" tanyaku.
Aku tau ia sangat terkejut dengan ini. Ya, aku ingin memenuhi keinginan yang tempo hari ia tulis di buku hariannya.

Ia pun beranjak perlahan menuju tempatku dan duduk disamping kiriku. Sejenak aku menatapnya lembut. Ia masih saja terdiam. Aku pun langsung kembali memainkan piano dengan lagu yang sama. Dan perlahan ia akhirnya menikmati alunan bunyi dari tuts piano yang kutekan. Terkadang ia juga bernyanyi bersama denganku. Sampai pada akhir lagu ia menjatuhkan kepalanya dibahuku. Memejamkan matanya  sampai lagu ini benar- benar berakhir dan tuts piano terakhir yang kutekan berbunyi berdenting. Dan sejenak keheningan tercipta diantara kami, sampai akhirnya ia berbicara.

"Aku suka suramu oppa. Dan aku suka ketika mau memainkan piano ini"katanya sambil menyentuh tuts- tuts piano ini
"Hhmm.. Aku tau itu"

Kami berbicara masih dengan posisi yang sama. Kepalanya masih tertopang dibahuku. Yah, aku menyukai hal ini.

"Oppa, bagaimana kau bisa tau kalau aku sangat menginginkan melihatmu bermain piano itu? Bagaimana kau bisa tau kalau aku sangat menginginkan untuk berada disampingmu disaat kau bermain piano? Dan bagaimana kau bisa tau kalau aku menginginkan alunan tuts piano itu seutuhnya untukku? Bagaimana oppa?"
"Hhhmm.. Sebelumnya mianhe Huna, kemarin saat aku mengunjungimu malam itu, kau terlelap sambil memeluk buku harianmu, dan aku tak sengaja melihat isinya. Isinya kau sangat ingin berada disaat seperti ini. Jadi ya aku buat hal seperti ini.. Kau marah?"
"Hah.. Kau tidak sopan, oppa. Itu privacy ku. Hhmm.. Ani, oppa. Bagaimana aku bisa marah jika kau mengabulkan semua yang aku inginkan. Gomawo oppa. Jeongmal gomawo"
"Hhmm.. Sama- sama, Huna. Ini belum seberapa dari yang sering kau lakukan. Kau selalu ada untukku. Mianhe, aku terkadang terlalu sibuk dengan urusanku, dan jarang mengunjungimu"
"Tidak apa- apa, oppa. Aku mengerti"

Dan sejenak kembali keheningan manghampiri kami. Untuk beberapa saat kami sibuk dengan pikiran masing- masing.. Sampai pada akhirnya aku memanggilnya.

"Huna…"
"Hhhmm.. Wae, oppa?" tanya nya sambil kembali menegakkan kepalanya dan memandangiku. 

Aku pun untuk sejenak memalingkan wajahku memandanginya. Sampai akhirnya aku mendekatkan wajahku ke wajahnya dan menempelkan bibirku dengan bibirnya. Aku tidak melakukan yang lebih. Hanya menempelkan bibir kami saja. Aku merasakan ia sedikit terkejut dengan yang kulakukan. Tak kusadari, air matanya jatuh disaat aku melakukan ini. Cukup lama kami berada pada saat ini, dan pada posisi yang sama. Sekali lagi aku tak mau melakukan hal yang lebih, karena aku takut nanti aku akan menyakitinya. Aku hanya ingin membahagiakannya saja. Itu saja.

Aku pun lalu kembali menjauhkan wajahku darinya. Ia masih terlihat kaget dengan hal tadi. Dan aku pun berusaha untuk mengembalikan suasana seperti tadi.

"Huna, kajja kita kembali ke rumah sakit. Waktu kita sudah hampir habis. Keinginanmu juga sudah aku penuhi. Kajja Huna.." kataku sambil memegang pergelangan tangannya dan menariknya untuk pergi. Namun aku merasa ia menahan tangannya, sampai akhirnya ia berbicara.
"Oppa, apa kau menyukaiku?" tanyanya langsung
"Haa.. Hmmm" sontak aku bingung untuk menjawab pertanyaannya. Karena aku belum siap dengan semuanya
"Oppa, jawab jujur saja. Apa kau menyukaiku?" katanya berdiri sambil memandangiku
"Hhhmm.. Huna, aku tidak hanya menyukaimu, bahkan aku sangat menyayangimu. Tapi, aku belum siap untuk menjadikanmu seseorang yang spesial untukku" kataku menjelaskan
"wae oppa?" tanya nya lagi masih sambil memandangiku
"Aku adalah seorang member Super Junior. Kami mempunyai banyak fans diluar sana. Mereka juga sangat mencintai kami. Jika nanti kau menjadi seorang yang spesial bagiku, aku takut kau tidak siap dengan semua yang terjadi. Aku tau kalau fans ku tidak akan melakukan apapun padamu. Aku tau mereka akan selalu mendukung kami. Tapi, terkadang menjadi seperti kami ini tidaklah mudah Huna. Semuanya menjadi konsumsi publik dan terkadang harus dikorbankan untuk membahagiakan mereka. Aku takut nanti ada sesuatu hal yang membuatku menyembunyikan semua tentang kita, dan jika kau mendengarnya kau malah akan tersakiti. Aku tidak mau hal itu terjadi. Aku tidak mau kau tersakiti. Aku rasa jika seperti ini saja, aku bahkan bisa melakukan hal- hal yang lebih dari hanya sekedar seperti seorang yang spesial lakukan. Kau mengerti?"
"Hhhmm…. Aku sangat mengerti oppa. Tapi mengapa kau melakukan hal tadi? Apa kau tidak berpikir itu bahkan akan lebih menyakitiku?"
"Aku hanya ingin membahagiakanmu. Apa hal tadi menyakitimu? Minhe Huna, jeongmal mianhe. Niatku tidak begitu. Aku pun tidak menyangka akan melakukan hal itu. Kau marah?"
"Hhmm… ani, oppa. Aku hanya sedikit terkejut saja. Aku kira kau juga mempunyai rasa yang sama dengan yang kurasakan"
"Perasaan ini kan tidak semestinya harus disatukan seperti yang terlihat kan? Bahkan kita bisa menjalinnya lebih dari yang ini. Nanti jika aku sudah siap dan aku merasa kau juga siap, aku bisa melakukan hal yang lebih dari ini bukan?"
"Ha? Hal yang lebih maksudmu, oppa?"
"Hhhmm.. Mungkin seperti aku bisa menikahimu?" kataku menggodanya
"Aiiisshh.. Oppa, kau menggodakukan?" katanya sambil sedikit memukul lenganku
"Hahhahaha… kan bisa saja. Kalau semuanya sudah siap, apa lagi yang bisa kulakukan dari pada hanya sekedar menjadikanmu pacarku? Kita menikah saja…" kataku sambil menarik tubuhnya kedalam pelukanku
"Hhmmm… terserah kau saja oppa. Aku hanya bisa mengikutinya saja. Hahahaha.." ia tertawa didalam pelukanku.
Kurasakan tangganya sudah melingkar di punggungku.
"Oppa, gomawo. Jeongmal gomawo. Apapun hasilnya kita kan menajadi teman dekatkan?"
"Ne, sampai kapanpun kita akan selalu dekat seperti ini. Percayalah padaku"
"Ne. aku percaya padamu, oppa"katanya menyenderkan kepalanya di dadaku
"Hmm.. Baiklah, kajja kita pulang. Aku rasa doktermu sudah mulai mencarimu. Nanti aku yang dimarahi olehnya. Menculik pasiennya lebih dari waktu yang kujanjikan."
"Hahahhaha… baiklah, kajja!"

Akhirnya kami kembali ke rumah sakit. Benar, waktu yang kugunakan sedikit lebih dari yang kujanjikan. Tapi karena dokter sudah sangat mengenalku, ia bisa dengan mudah ku atasi. Setelah mengantarkan Huna kekamarnya, aku pun menuju ruang dokter untuk meminta maaf atas kelakuanku. Dan setelah selesai dengan urusan itu, aku pun kembali ke kamar Huna, untuk meminta izin pulang.

"Huna, kau sudah bersiap untuk tidur?"
"Ne, oppa. Kau pulanglah lagi, besok kau harus melanjutkan kegiatanmu kan.."
"Ne. Tapi sebelum pulang biar aku bantu kau bersiap tidur."
 Aku pun membantunya untuk mencari posisi yang nyaman untuk tidur.  Ku selimuti tubuhnya dengan selimut yang ada, dan sedikit ku naikkan suhu penghangat ruangan agar ia semakin nyaman.
Setelah semua selesai, aku pun kembali mengecup keningnya, lalu pamit pulang.

"Oppa, pulang ne. Kau istirahatlah yang nyaman. Besok pagi aku telepon lagi ne"
"Hmm.. Ne, oppa. Gomawo. Oppa, kau tidak boleh sering- sering menciumku, nanti kau tidak bisa melupakanku dan melepaskanku…"
"Hhahaha.. Oppa, memang tidak akan melupakan dan melepaskanmu"
"Aiisshh.. Sudah sana, pulang oppa"
"Baiklah. Oppa, pulang ne. Bye Huna. Jalja.." kataku tersenyum sambil beranjak dari kamarnya

Aku pun keluar dari kamarnya dengan senyum yang tak berhenti terpampang di wajahku. Akhirnya aku bisa melakukan sesuatu yang bisa membahagiakannya. Park Huna, oppa akan selalu membahagiakanmu. Ne, oppa akan selalu membahagiakanmu…

~~The End~~ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar