~~Aku sudah melihat
video konsermu kemarin.
Oppa, boleh aku
mengatakan sesuatu tentang itu? Aku menyukai ketika kau memainkan piano.
Bisakah kau memainkannya untukku suatu saat nanti? Aku ingin alunan dari tuts
piano yang kau tekan itu seutuhnya untukku…
Bisakah oppa?
Aku sangat menyukai
ketika kau memainkan piano disaat konser KRY kemarin..
Oppa, bisakah suatu
saat nanti aku duduk disampingmu disaat kau memainkan piano itu? Bisakah oppa?
Oppa, saranghae.
Jeongmal saranghae... ~~
Kututup buku harian
berwarna biru itu. Lalu kupandangi wajahnya yang cantik itu. Sekarang ia sedang
tertidur dengan sangat nyaman. Namun, sangat terlihat bahwa ia sedang menahan
sakit yang sangat menyiksa dirinya. Park Huna. Ya, gadis cantik yang usianya
terpaut dua tahun lebih muda dariku ini adalah teman dekatku sekarang. Hmm..
Tidak. Bukan sekarang, bahkan aku sudah mengenalnya sejak kami berada dibangku
sekolah menengah atas. Bahkan disaat memasuki kehidupan perkuliahan, kami masih
saja bersama- sama hingga sekarang. Dia adalah seorang yang sangat baik,
pintar, ceria, sangat suka tersenyum, dan dia selalu bisa membuatku nyaman
berada disisinya. Kami selalu bersama kemana saja. Entah mengapa, aku sangat
senang jika berada didekatnya. Namun sayang, disaat kami sudah menyelesaikan
pendidikan perkuliahan dan sedang senang dengan pekerjaan yang kami dapatkan,
ia tiba- tiba saja jatuh sakit. Awalnya kami mengira ini adalah sakit yang
biasa. Namun, ia semakin hari semakin tak kunjung sembuh. Akhirnya suatu hari
aku mendapatkan kabar yang sangat mengejutkan tentang dirinya. Ia menderita
kanker hati. Dan ini sudah stadium akhir.
Dokter mengatakan ini dikarenakan ia tak pernah memeriksakan
kesehatannya, dan akhirnya seperti ini. Hari itu aku kerumahnya, rencana awal
aku ingin mengajaknya berjalan- jalan. Tapi, setelah sampai dirumahnya,
pembantunya mengatakan bahwa ia sudah masuk rumah sakit sejak tadi malam. Entah
apa rasanya hatiku saat itu. Melihatnya
berada diruang yang penuh dengan alat- alat kesehatan itu membuat hatiku sakit.
Perih. Namun saat itu aku hanya bisa memandanginya dari jendela kamarnya. Ini
dikarenakan dokter mengatakan ia harus beristirahat.
Malam ini aku
mengunjunginya setelah selesai dari konser Super Junior. Rasanya aku sudah
sangat merindukannya. Sudah beberapa hari ini aku tidak mengunjunginya dirumah
sakit. Karena jadwal konser yang sedang padat, aku terpaksa untuk tidak
mengunjunginya. Selama masa jadwal konserku, kami hanya berkomunikasi lewat
telepon saja. Malam ini aku datang sudah
agak larut malam. Untungnya aku masih bisa untuk menemuinya walaupun ia
sekarang sudah terlelap. Ketika memasuki kamarnya, aku langsung mendapati
dirinya yang sudah tertidur lelap dengan memeluk buku hariannya yang berwarna
biru itu. Dan tak sengaja aku membaca sedikit isi di dalamnya. Segurat senyum
terlintas diwajahku, bahwa ia sudah menonton video konserku kemarin. Didalamnya
tertulis bahwa ia menyukai disaatku memainkan piano. Dan sebuah kalimat itu
sedikit mengangetkan ku. "Oppa, saranghae. Jeongmal sarangahae". Aku
memang menyayanginya, bahkan sangat menyayanginya. Namun, untuk mencintainya,
aku sedikit takut untuk itu. Super Junior punya banyak fans diluar sana, dan
tentunya mereka adalah fansku juga. Aku takut nanti ia tidak siap dengan segala
hal yang akan terjadi. Aku tau fans ku tidak akn melakukan apapun yang akan
membahayakannya, namun terkadang menjadi seorang idola itu harus mengorbankan
segala hal tentang dirinya untuk membahagiakan fansnya. Dan jika nanti ada
disaat sesuatu hal yang menyangkut tentang kehidupan pribadiku dangan dirinya,
dan ia mendengar sesuatu hal yang harus kusembunyikan, dan tak siap, maka itu
akan menyakitinya. Itu saja hal yang sangat tidak aku inginkan. Aku selalu
ingin melihatnya tersenyum. Jadi, yang aku bisa lakukan adalah hanya bisa
berada disisinya dan berusaha membuatnya tersenyum.
Tak sengaja aku
melihat fotoku berada dihalaman paling depan di buku hariannya itu. Hah.. Apa
yang bisa kulakukan. Aku hanya bisa berada disisinya dan tetap menjadi
temannya. Kembali ku letakkan buku hariannya itu di dalam pelukannya. Sejenak
ku elas tangan halusnya dan ku kecup keningnya sebelum akhirnya aku kembali ke
dorm untuk beristirahat. Lalu ku letakkan buket bunga mawar putih yang kubawa
tadi di meja samping tempat tidurnya. Terlihat laptop biru kesayangannya
terletak disana. Itu berarti benar bahwa ia tadi menonton konserku. Lalu aku
pun beranjak dari kamarnya.
"Cepatlah
sembuh dan kembali tertawa untukku. Aku merindukan itu"
aku berbisik
ditelinganya sebelum benar- benar pulang.
Keesokan harinya…
Pagi ini entah
mengapa aku sangat malas untuk bangun. Sekarang aku hanya berguling- guling di
tempat tidurku. Udara dingin serasa menusuk tulangku. Kembali ku tarik selimut
untuk menghangatkan tubuhku. Samar- samar ku dengar suara ribut diluar kamarku.
Member yang lain pasti sudah bangun. Dan aku entah mengapa sangat malas untuk
bangun. Jadwal kami masih nanti sore untuk dilakukan. Sejenak aku hanya terdiam
didalam selimutku. Dan beberapa detik kemudian, aku tersentak karena getar dari
handphoneku. Menandakan ada pesan yang masuk. Dan senyum langsung tersirat
diwajahku ketika melihat siapa yang mengirimku
pesan ini. Park Huna.
"Oppa, kau
sudah pulang dari Jepang? Kenapa tidak memberitahuku.. Tadi malam kau ke rumah sakit? Hhmm.. Dan kau
yang memberikanku bunga mawar putih ini? Mengapa tidak membangunkanku… Gumawo
oppa :)"
Langsung aku menekan
tombol hijau di handphoneku. Memulai panggilan untuknya. Dan selang beberapa
menit, aku langsung bisa mendengar suaranya.
"Yoboseyo.."
suaranya yang khas itu langsung memasuki telingaku
"Yoboseyo?"
kataku sedikit bertanya
"Hahaha… ne
oppa, wae?" ia tertawa mendengar kalimatku yang seperti bertanya itu
"Kau suka
bunganya?"
"Ne. sangat
suka oppa, gomawo"
"Ne"
"Kapan kau
kembali dari Jepang? Tadi malam mengunjungiku, kenapa tidak membangunkanku
huh?"
"Aku kembali
sudah dari dua hari yang lalu, tapi kemarin langsung menyambung dengan jadwal
berikutnya. Mian, aku tidak memberitahumu…
Hmm.. Ne. Aku tidak mau mengganggu tidurmu. Jadi nya ya aku hanya bisa melihatmu saja"
"MWO? Kau sudah
pulang dari dua hari yang lalu? Kenapa tidak memberitahuku? Aiisshh jinja,
oppa, kau jahat sekali." katanya sedikit berteriak
"Hehehehe…
mianhe, kalau aku beritahupun, aku belum bisa mengunjungimu saat itu juga,
jadinya aku diam saja. Kau marah?"
"Aiisshh..
Setidaknyakan hatiku sedikit senang kau sudah kembali ke Korea oppa. Hmm..
Arra, aku mengerti oppa. Lagi pula untuk apa aku marah kan…"
"Gomawo Huna.
Aku tau kau begitu."
"Hhmm.. Oppa, aku sudah menonton video konsermu
kemarin. Konser KRY yang di Jepang ini."
"aahh.. Jinja?
Waaahh cepat sekali kau sudah menontonnya, padahal aku belum bercerita
apapun."
"Oppa, kau itu
terkenal, jadi sebentar saja konser, aku sudah bisa mendapatkan banyak video
konsermu di youtube. Jadi aku sudah menontonnya. Oppa, aku sangat suka dengan
konser itu. Terutama disaat kau memainkan piano. Oppa, aku menyukai ketika kau memainkan
piano itu." katanya dengan semangat
"Jinja? Waaahh
ternyata kau sangat memperhatikanku.. Hahahaha… gomawo Huna, jeongmal
gomawo" kembali segurat senyuman tersirat diwajahku. Aku sangat bahagia
ketika ia menceritakan itu.
"Ah, tapi oppa,
ada satu part yang aku tidak suka denganmu disaat konser itu"
"mwo? Part yang
mana? Aahh aku kira kau suka semuanya…" kataku seketika lemas mendengar
kalimatnya
"hhmm.. Ketika
kau menyanyikan lagu baby. Bersikap seperti itu dengan penari itu. Dan di
akhirnya, mengapa kau seperti ingin menciumnya? Aiisshh aku sangat tidak suka
dengan part itu."
"Hahahahahha…"
seketika tawaku meledak mendengar kalimatnya yang begitu saja meluncur dari
mulutnya itu
"AHHH..
OPPA…mengapa kau tertawa?"
"Ahh.. Hmm..
Mianhe Huna. Hmm.. Huna, itu kan hanya acting, tidak betulan. Dan part terakhir
itu juga acting. Tidak mungkin itu aku lakukan. Itu sudah menjadi bagian dari
skenario konser. Ini supaya ELF semakin semangat dengan konsernya. Itu saja.. Mianhe
Huna.."kataku menjelaskan
"hhmm.. Aku
tau, oppa. Tapi entah mengapa aku tidak suka saja"
"HHmm.. Tidak
apa- apa, itu wajar. Kau kan juga salah satu ELF, jadi ya memang seperti
itu."
"siapa bilang
aku ELF, oppa?
"Ha? Wae? Kau
kan menyukaiku, itu berarti kau ELF, Huna…" kataku protes
"Ha? Siapa
bilang aku menyukaimu. Aku menyukai suaramu, oppa"
"Aah.. Itu sama
saja. Menyukai suaraku berarti juga menyukaiku, dan kau itu ELF" kataku
menegaskan
"eh, tapi kan
aku sudah mengenalmu sejak kita SMA dulu, sebelum kau menjadi seperti
sekarang"
"Hmm.. Pokoknya
sama saja. Kau itu ELF, tidak penting sejak kapan kita saling kenalnya"
"Hahahahhha..
Iya, baiklah oppa. Aku mengikut saja apa katamu. Kau ini, tidak mau kalah
sedikitpun. Oppa, kau tidak ada jadwal hari ini?"
"Hmm.. Ada,
nanti sore jadwalku. Wae?" tanyaku
"Ooh.. Ani, aku
hanya ingin bertemu denganmu. Sepertinya aku benar- benar merindukanmu
oppa.."
"Oh jinjja?
Hhmm mianhe Huna, sepertinya aku belum bisa menemuimu. Mungkin lusa kita baru
bisa bertemu.."
"Ah, benarkah?
Waahh sayang sekali.. Hmm.. Baiklah, tidak apa- apa. Jadwal mu lebih penting,
oppa"
"Mianhe Huna,
lusa nanti aku akan menemuimu. Aku janji…" kataku meyakinkan
"Hhmmm.. Tidak
apa- apa oppa. Tidak usah berjanji, nanti kalau tidak bisa kau memenuhinya, kau
sendiri yang susahkan. Hahahaha.. Tidak usah terlalu di pikirkan, oppa. Nanti
kalau kau sudah ada waktu kosong kasih tau aku, ne?"
"Hhhmm..
Baiklah…" kataku sedikit menyesal
"Oppa,
sepertinya teleponya sampai disini dulu ya. Aku harus menjalani pemeriksaan
dulu, ini susternya sudah datang. Mianhe oppa.."
"Aahh..
Baiklah..nanti aku telepon lagi, ne. Cepat sembuh, Park Huna. Semangat untuk
pemeriksaannya. FIGHTING Huna !!" kataku sambil mengangkat genggaman
tanganku ke udara untuk menyemangatinya. Walau ia tak dapat melihatnya, aku
yakin ia bisa merasakannya.
"Hahhahaha..
FIGHTING ! Untuk semua dan terutama mawar putihnya, gomawo oppa. Aku sangat
menyukainya. Aku tutup teleponnya ne…"
"Hhhmm… ne, bye
Huna" kataku lalu menutup hubungan telepon diantara kami
Aku sangat senang
bisa mendengar suaranya pagi ini. Seketika semangatku kembali muncul setelah
selesai meneleponnya. Mendengar ia bercerita bahwa ia sangat senang setelah
menonton konserku, itu adalah hal paling menyenangkan pagi ini. Semua terasa
sangat gampang untuk dilakukan. Dan jadwal yang bertumpuk itu seperti ringan
untuk dilakukan. Ya, Park Huna, gadis yang paling bisa membuatku senang. Namun,
satu hal yang aku sesali, aku tidak bisa menemuinya sampai lusa nanti karena
jadwalku yang sedikit padat. Padahal ia sendiri sudah mengatakan bahwa sangat
ingin bertemu denganku.
Aku berjanji akan melakukan sesuatu untuknya
disaat kami bertemu nanti.
~~Lusa~~
Hari ini setelah
menyelesaikan jadwalku yang terakhir aku akan menemui Huna dan seperti janjiku,
aku akan melakukan sesuatu untuknya.
"Hari ini jadi
kan kita bertemu? Tapi maaf Huna, aku baru bisa menemuimu malam nanti, tidak
apa- apa kan? Jam 7 nanti aku akan kerumah
sakit.. Tunggu oppa ne :)"
Sejenak aku
mengiriminya pesan untuk mengabari bahwa nanti aku akan menemuinya. Lalu aku
kembali ke rutinitas awal, melanjutkan jadwal padatku. Selama menjalani
jadwalku, pikiranku tak sepenuhnya berada disini, sebagian aku memikirkan Huna
yang berada dirumah sakit. Ada satu hal yang ingin aku lakukan untuknya malam
ini.
Hari pun berlalu
begitu cepat, tak terasa sekarang sudah pukul 5 sore dan jadwalku untuk hari
ini berakhir sampai disini. Memang hari ini tidak ada jadwal yang memaksa kami
kerja hingga sampai larut malam seperti biasanya. Setelah berpamitan pulang,
kami semua langsung menuju dorm. Sesampainya di dorm, aku langsung membersihkan
diriku dan segera bersiap- siap untuk menemui Huna. Sebelumnya aku sudah
meminta izin ke manager untuk pergi sebentar dan juga sudah mengatakan dengan
member yang lain. Jadi tidak ada yang bingung mengapa aku seperti ini sekarang.
Tepat pukul 6 aku berangkat menuju rumah sakit tempat Huna dirawat. Tak lupa
sebuket mawar putih kesukaan Huna sudah kugenggam ditangan. Dan tepat sepuluh
menit sebelum jam 7, aku sudah sampai dirumah sakit, dan langsung menuju kamar
Huna.
"Huna,
anyyeonghaseyo" kataku memasuki kamarnya. Terlihat ia sibuk dengan
laptopnya.
"Anyyeong..
Aaaahhh, oppaaa…" teriaknya setelah melihatku datang lalu membantangkan
tangannya lebar seperti ingin memelukku
"Aaahhh…
Huna…" teriakku pun, lalu mengahampirinya dan memeluknya.
"Oppa, akhirnya
aku bisa bertemu denganmu. Aku sangat merindukanmu, oppa"
"jinjja?
Ahahahha.. Akhirnya aku bisa melihat senyumu lagi.. Aku juga
merindukanmu.." kataku sambil menggoyang- goyangkan tubuhnya dipelukanku
"Ahahahaha….kau
menepati janjimu, oppa"
"Ne, aku tau.
Ah, ini untukmu" kataku melepas pelukan dan memberikannya mawar putih yang
kubawa tadi
"Aaahhh…
gomawo, oppa. Cantik sekali" katanya sambil memandangi mawar itu
"Kau senang aku
datang?"
"Sangat senang,
oppa. Sepertinya aku sudah lama sekali tidak melihatmu"
"Ahahahahha..
Aku juga. Ah, kau sudah makan? Bagaimana kabarmu?"
"Sudah oppa.
Baik, bahkan sekarang menjadi sangat baik ketika kau datang. Kau sudah makan?
Bagaimana jadwalmu, padat sekali?"
"Sudah, tadi
sebelum aku kesini. Hhmm.. Ya begitulah, kau tau sendiri kan bagaiman jadwalku.
Ah, baiklah kalau begitu, kalau kau sudah makan, ayo ikut denganku
sebentar" Kataku sambil menarik pergelangan tangannya
"Ha? Kemana
oppa? Emangnya boleh dengan dokterku? Aku kan sedang masa pengobatan,
oppa" katanya cemas
"Hhmm.. Tenang
saja. Tadi aku sudah meminta izin ke doktermu. Kajja ! Aku hanya punya waktu
satu jam untuk menculikmu. Hahahahaaa.."kataku menggodanya
"Ha? Baiklah,
hahahahhah…"
"Hhmm.. Tunggu.
Matamu harus ditutup dulu. Kau tenang
saja, tidak akan ada apa- apa. Kau aman" kataku sambil menutupi matanya
dengan penutup mata yang ku bawa
Kami pun akhirnya
pergi meninggalkan rumah sakit. Aku tau ia sangat bosan berada disini. Makanya
aku ingin memberinya sedikit kejutan malam ini. Setelah 15 menit kemudian,
akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Ini seperti ballroom di suatu hotel. Aku
sudah mempersiapkannya semenjak telepon kami kemarin. Entah mengapa tiba- tiba
ide ini tersirat begitu saja dibenakku. Dan sekarang hanya ada kami berdua
disini.
"Jangan buka
matamu, sampai nanti aku suruh ne.. Berdiri saja dulu disini"
Kataku berbisik
ditelinganya sambil membuka penutup matanya
"1..2..3.. Park
Huna, sekarang kau boleh membuka matamu" kataku kemudian
"Hmm.. Oppa,
aahh.. Mataku.. Oppa, kau dimana? Mengapa gelap sekalii disini? Oppa.."
Dengan diterangi
oleh satu sorot lampu, aku pun mulai memainkan piano putih yang ada didepanku
dengan intro lagu Your Eyes Super Junior
KRY, lagu dari subgrupku. Sejenak ia hanya bisa terdiam di tempatnya. Tak mengeluarkan
sepatah katapun. Sampai aku menghentikan intro dari lagu ini.
"Huna, sampai
kapan kau mau berdiri disitu? Apa kau tidak mau duduk disampingku? Menemaniku
memainkan piano ini?" tanyaku.
Aku tau ia sangat
terkejut dengan ini. Ya, aku ingin memenuhi keinginan yang tempo hari ia tulis
di buku hariannya.
Ia pun beranjak
perlahan menuju tempatku dan duduk disamping kiriku. Sejenak aku menatapnya
lembut. Ia masih saja terdiam. Aku pun langsung kembali memainkan piano dengan
lagu yang sama. Dan perlahan ia akhirnya menikmati alunan bunyi dari tuts piano
yang kutekan. Terkadang ia juga bernyanyi bersama denganku. Sampai pada akhir
lagu ia menjatuhkan kepalanya dibahuku. Memejamkan matanya sampai lagu ini benar- benar berakhir dan
tuts piano terakhir yang kutekan berbunyi berdenting. Dan sejenak keheningan
tercipta diantara kami, sampai akhirnya ia berbicara.
"Aku suka
suramu oppa. Dan aku suka ketika mau memainkan piano ini"katanya sambil
menyentuh tuts- tuts piano ini
"Hhmm.. Aku tau
itu"
Kami berbicara masih
dengan posisi yang sama. Kepalanya masih tertopang dibahuku. Yah, aku menyukai
hal ini.
"Oppa,
bagaimana kau bisa tau kalau aku sangat menginginkan melihatmu bermain piano
itu? Bagaimana kau bisa tau kalau aku sangat menginginkan untuk berada
disampingmu disaat kau bermain piano? Dan bagaimana kau bisa tau kalau aku
menginginkan alunan tuts piano itu seutuhnya untukku? Bagaimana oppa?"
"Hhhmm..
Sebelumnya mianhe Huna, kemarin saat aku mengunjungimu malam itu, kau terlelap
sambil memeluk buku harianmu, dan aku tak sengaja melihat isinya. Isinya kau
sangat ingin berada disaat seperti ini. Jadi ya aku buat hal seperti ini.. Kau
marah?"
"Hah.. Kau
tidak sopan, oppa. Itu privacy ku. Hhmm.. Ani, oppa. Bagaimana aku bisa marah
jika kau mengabulkan semua yang aku inginkan. Gomawo oppa. Jeongmal
gomawo"
"Hhmm.. Sama-
sama, Huna. Ini belum seberapa dari yang sering kau lakukan. Kau selalu ada
untukku. Mianhe, aku terkadang terlalu sibuk dengan urusanku, dan jarang
mengunjungimu"
"Tidak apa-
apa, oppa. Aku mengerti"
Dan sejenak kembali
keheningan manghampiri kami. Untuk beberapa saat kami sibuk dengan pikiran
masing- masing.. Sampai pada akhirnya aku memanggilnya.
"Huna…"
"Hhhmm.. Wae,
oppa?" tanya nya sambil kembali menegakkan kepalanya dan
memandangiku.
Aku pun untuk
sejenak memalingkan wajahku memandanginya. Sampai akhirnya aku mendekatkan
wajahku ke wajahnya dan menempelkan bibirku dengan bibirnya. Aku tidak
melakukan yang lebih. Hanya menempelkan bibir kami saja. Aku merasakan ia
sedikit terkejut dengan yang kulakukan. Tak kusadari, air matanya jatuh disaat
aku melakukan ini. Cukup lama kami berada pada saat ini, dan pada posisi yang
sama. Sekali lagi aku tak mau melakukan hal yang lebih, karena aku takut nanti
aku akan menyakitinya. Aku hanya ingin membahagiakannya saja. Itu saja.
Aku pun lalu kembali
menjauhkan wajahku darinya. Ia masih terlihat kaget dengan hal tadi. Dan aku
pun berusaha untuk mengembalikan suasana seperti tadi.
"Huna, kajja
kita kembali ke rumah sakit. Waktu kita sudah hampir habis. Keinginanmu juga
sudah aku penuhi. Kajja Huna.." kataku sambil memegang pergelangan
tangannya dan menariknya untuk pergi. Namun aku merasa ia menahan tangannya,
sampai akhirnya ia berbicara.
"Oppa, apa kau
menyukaiku?" tanyanya langsung
"Haa..
Hmmm" sontak aku bingung untuk menjawab pertanyaannya. Karena aku belum
siap dengan semuanya
"Oppa, jawab
jujur saja. Apa kau menyukaiku?" katanya berdiri sambil memandangiku
"Hhhmm.. Huna,
aku tidak hanya menyukaimu, bahkan aku sangat menyayangimu. Tapi, aku belum
siap untuk menjadikanmu seseorang yang spesial untukku" kataku menjelaskan
"wae
oppa?" tanya nya lagi masih sambil memandangiku
"Aku adalah
seorang member Super Junior. Kami mempunyai banyak fans diluar sana. Mereka
juga sangat mencintai kami. Jika nanti kau menjadi seorang yang spesial bagiku,
aku takut kau tidak siap dengan semua yang terjadi. Aku tau kalau fans ku tidak
akan melakukan apapun padamu. Aku tau mereka akan selalu mendukung kami. Tapi,
terkadang menjadi seperti kami ini tidaklah mudah Huna. Semuanya menjadi
konsumsi publik dan terkadang harus dikorbankan untuk membahagiakan mereka. Aku
takut nanti ada sesuatu hal yang membuatku menyembunyikan semua tentang kita,
dan jika kau mendengarnya kau malah akan tersakiti. Aku tidak mau hal itu
terjadi. Aku tidak mau kau tersakiti. Aku rasa jika seperti ini saja, aku
bahkan bisa melakukan hal- hal yang lebih dari hanya sekedar seperti seorang
yang spesial lakukan. Kau mengerti?"
"Hhhmm…. Aku
sangat mengerti oppa. Tapi mengapa kau melakukan hal tadi? Apa kau tidak
berpikir itu bahkan akan lebih menyakitiku?"
"Aku hanya
ingin membahagiakanmu. Apa hal tadi menyakitimu? Minhe Huna, jeongmal mianhe.
Niatku tidak begitu. Aku pun tidak menyangka akan melakukan hal itu. Kau
marah?"
"Hhmm… ani,
oppa. Aku hanya sedikit terkejut saja. Aku kira kau juga mempunyai rasa yang
sama dengan yang kurasakan"
"Perasaan ini
kan tidak semestinya harus disatukan seperti yang terlihat kan? Bahkan kita
bisa menjalinnya lebih dari yang ini. Nanti jika aku sudah siap dan aku merasa
kau juga siap, aku bisa melakukan hal yang lebih dari ini bukan?"
"Ha? Hal yang
lebih maksudmu, oppa?"
"Hhhmm..
Mungkin seperti aku bisa menikahimu?" kataku menggodanya
"Aiiisshh..
Oppa, kau menggodakukan?" katanya sambil sedikit memukul lenganku
"Hahhahaha… kan
bisa saja. Kalau semuanya sudah siap, apa lagi yang bisa kulakukan dari pada
hanya sekedar menjadikanmu pacarku? Kita menikah saja…" kataku sambil
menarik tubuhnya kedalam pelukanku
"Hhmmm…
terserah kau saja oppa. Aku hanya bisa mengikutinya saja. Hahahaha.." ia
tertawa didalam pelukanku.
Kurasakan tangganya
sudah melingkar di punggungku.
"Oppa, gomawo.
Jeongmal gomawo. Apapun hasilnya kita kan menajadi teman dekatkan?"
"Ne, sampai
kapanpun kita akan selalu dekat seperti ini. Percayalah padaku"
"Ne. aku
percaya padamu, oppa"katanya menyenderkan kepalanya di dadaku
"Hmm.. Baiklah,
kajja kita pulang. Aku rasa doktermu sudah mulai mencarimu. Nanti aku yang
dimarahi olehnya. Menculik pasiennya lebih dari waktu yang kujanjikan."
"Hahahhaha…
baiklah, kajja!"
Akhirnya kami
kembali ke rumah sakit. Benar, waktu yang kugunakan sedikit lebih dari yang
kujanjikan. Tapi karena dokter sudah sangat mengenalku, ia bisa dengan mudah ku
atasi. Setelah mengantarkan Huna kekamarnya, aku pun menuju ruang dokter untuk
meminta maaf atas kelakuanku. Dan setelah selesai dengan urusan itu, aku pun
kembali ke kamar Huna, untuk meminta izin pulang.
"Huna, kau
sudah bersiap untuk tidur?"
"Ne, oppa. Kau
pulanglah lagi, besok kau harus melanjutkan kegiatanmu kan.."
"Ne. Tapi
sebelum pulang biar aku bantu kau bersiap tidur."
Aku pun membantunya untuk mencari posisi yang
nyaman untuk tidur. Ku selimuti tubuhnya
dengan selimut yang ada, dan sedikit ku naikkan suhu penghangat ruangan agar ia
semakin nyaman.
Setelah semua
selesai, aku pun kembali mengecup keningnya, lalu pamit pulang.
"Oppa, pulang
ne. Kau istirahatlah yang nyaman. Besok pagi aku telepon lagi ne"
"Hmm.. Ne,
oppa. Gomawo. Oppa, kau tidak boleh sering- sering menciumku, nanti kau tidak
bisa melupakanku dan melepaskanku…"
"Hhahaha..
Oppa, memang tidak akan melupakan dan melepaskanmu"
"Aiisshh..
Sudah sana, pulang oppa"
"Baiklah. Oppa,
pulang ne. Bye Huna. Jalja.." kataku tersenyum sambil beranjak dari
kamarnya
Aku pun keluar dari
kamarnya dengan senyum yang tak berhenti terpampang di wajahku. Akhirnya aku
bisa melakukan sesuatu yang bisa membahagiakannya. Park Huna, oppa akan selalu
membahagiakanmu. Ne, oppa akan selalu membahagiakanmu…
~~The End~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar