Selasa, 21 Mei 2013

WALK...

Tok.. Tok.. Tok..

Anya : o? *liat ke ruang tamu* sebentar aku liat siapa yang datang.. *pergi*
Dale : hhmm.. Oke…

Sementara itu diluar rumah, Nino sudah berdiri didepan pintu rumah Anya. Hari ini ia memang ingin berkunjung kesini. Sambil menunggu, ia melihat sekitar halaman rumah Anya yang masih sama dengan disaat ia terakhir kesini.

Anya : ya? *lihat keluar*
Nino : Hai… *senyum*
Anya : e.. Hai… *senyum kaku*
Nino :  *senyum*
Dale : Anya, siapa yang datang? o? *kaget*
Nino : *kaget*
Anya : ha? Hhmm? Ah, ini kenalkan, Nino. Dia temanku sewaktu kami SMA dulu… Nino, kenalkan ini Dale, temanku di kampus… *kaku*
Dale : aahh.. Ooh, hai, Dale.. *ngajak salama* senang berkenalan denganmu.. *senyum*
Nino : ah, iya, Nino. Senang berkenalan denganmu juga.. *jabat tangan Dale*
Dale : hhmm.. Anya, sepertinya aku harus pulang. Ini juga sudah sore, lain kali aku kesini lagi ya…
Anya : ah ya, terima kasih. Barang- barangmu sudah kau bereskan? Jangan sampai ada yang ketinggalan..
Dale : ah iya, sebentar aku ambil dulu.. *ambil barangnya, lalu kembali* ah, sudah… hhmm, aku pulang dulu ya. Sampaikan salam dan pamitku pada mama mu.. Kau, jangan kapok taruhan denganku ya, dan jangan sampai kalah lagi.. Hahahaha… *acak- acak rambut Anya, senyum*  Aku pulang dulu. Bye…
Anya : Aiisshh kau ini.. Baiklah, Pulang sana… Bye.. *senyum, lambai- lambai tangan*
Nino : *kaget, genggam tangan kuat- kuat* ehem..
Anya : o? hhmm.. Maaf, masuk dulu.. Duduklah dulu, biar aku ambilkan minum… *berlalu ke dalam rumah*
Nino : hhmm.. Anya, ini untukmu *kasih bungkusan* kau masih suka brownies kan? Tadi itu aku tidak sengaja lewat toko kue, jadi aku belikan…
Anya : hhmm.. *lihat bungkusan* kau, kenapa selalu membuatku merasa merepotkanmu? Aahh, baiklah, terima kasih. Sebentar aku kebelakang dulu… *ambil bungkusan, balik ke dapur*

~~beberapa saat kemudian~~
Anya : ah ini dia.. *letakkan minuman sama brownies ke meja* silahkan minum… maaf aku hanya bisa memberikan ini…
Nino : ahh, tidak apa- apa. Ini sudah cukup. Hhmm.. Kau masih sama seperti yang dulu, selalu meniman jeruk yang kau kasih jika aku kesini..
Anya : o? ahahahah… maaf, biar aku ganti, kau mau apa?
Nino : ah tidak, ini sudah cukup. Kau ini, aku hanya bercanda..
Anya : ah, baiklah.. *senyum*

~sejenak suasana kembali kaku diantara mereka~

Nino : *letakkin air jeruk yang diminumnya* hhmm… mama mu kemana? Lama sekali aku tidak melihat beliau, sehatkan?
Anya : ah, mama sedang di kamarnya. Beliau sehat,  Hhhmm.. Bagaimana kau bisa melihatnya, kau saja baru kemarin sampai di sini..
Nino : ah iya juga, hhmm baguslah… *senyum* hhmm.. Kau sibuk?
Anya : e? kapan? Sekarang?
Nino : iya, sekarang, apa kau sibuk?
Anya : hhmm.. Tidak juga, kenapa?
Nino : hhmm.. Mau temani aku keliling kota sebentar? Sepertinya aku perlu kau untuk menemaniku, bagaimana?
Anya : hhhmm.. Tidak sampai terlalu malam kan?
Nino : tidak, tenang saja, aku tau bagaimana pergi denganmu. Bagaimana?
Anya : aahh, baiklah. Kapan mau berangkatnya?
Nino : sekarang bole juga. Terserahmu saja..
Anya : ah, baiklah. Sebentar, aku ganti baju dulu..
Nino : baiklah.. Aku tunggu…

10 menit kemudian..
 Anya : ah, sudah, ayo jalan… *senyum*
Nino : o? kau tidak memakai jaket yang aku berikan kemarin?
Anya : haruskah?
Nino :  ah.. Hhmm.. Tidak jugak, terserahmu saja. Ayo…
Anya : hhmm.. Maaf, tapi sepertinya sekarang aku sedang ingin memakai ini… *tunjuk bajunya*
Nino : ahaha.. Baiklah, tidak apa- apa. Aku hanya bertanya saja, aku kira kau akan memakainya… ayo… *berdiri* ah, kau sudah bilang pada mamamu bahwa kau akan pergi denganku?
Anya : ah sudah, tadi..
Nino : baiklah, ayo.. Tapi sepertinya sekarang aku ingin kita berjalan kaki saja, tidak apa- apa kan?
Anya : tidak apa- apa.. Ayo.. *tutup pintu rumah*
Nino : *senyum*

Selama perjalanan, mereka berdua lebih banyak terdiam. Sibuk dengan fikirannya masing- masing. Anya sibuk dengan melihat lampu- lampu jalan. Ia selalu memandangi jalan yang dipenuhi kendaraan mobil dan motor yang ditemani lampu sorot dari tiap kendaraannya. Sementara Nino lebih banyak tertunduk. Ia bingung apa yang akan dibicarakannya dengan Anya. Padahal tadi sebelum ia berangkat, ia sudah mengingat semua apa yang ingin di bicarakannya. Pembicaraan yang sebenarnya sangat banyak ingin diutarakannya. Tapi entah mengapa setelah bertemu dan mengajak Anya keluar, seketika semua hal- hal tadi hilang entah kemana. Sampai pada akhirnya ia berinisiatif untuk mengajak Anya minum di café.

Nino : sepertinya aku mau minum, kita cari café dulu yaa..
Anya : o? ohh oke… *ngikutin Nino dari belakang*

~di café~
Nino :  kau mau minum apa?
Anya : hhm… sepertinya vanilla latte saja…
Nino : baiklah, sebentar aku pesan dulu…
Anya : hhmm… *mainin hp*

Beberapa menit kemudian…
Nino : aahhh… ini dia pesanannya, silahkan diminum… *datang bawa dua minuman, kasih ke Anya*
Anya : yey.. Thank you *letakkin hp, ambil minuman*
Nino : ah, seperti nya kau sibuk sekali dengan hp mu itu? Apa laki- laki tadi menghubungimu?
Anya : o?*lihat Nino* aahh, hanya kawan kampus yang sms, bukan dia kok.. *minum vanilla latte, liat hp*
Nino : oh, baguslah… lebih baik mendengarnya… *minum orange juice nya*  hhmm.. Kau ternyata masih suka dengan vanilla latte yaa.. Tidak berubah..
Anya : oh, masih. Hahahahha.. Ini kan minuman kesukaaanku…
Nino : hhmm… kau tidak takut tidak akan tidur nantinya setelah minum itu? *nunjuk vanilla latte Anya*
Anya : hmm.. Tidak, sudah terbiasa..
Nino : oohhh… kau suka kehidupan di malam hari?
Anya : ha? Maksudnya? *liat heran ke Nino*
Nino : ah maksudku, kau sepertinya suka ketika berjalan di malam hari? Dari tadi aku perhatikan kau hanya memperhatikan lampu jalan, melihat kendaraan yang berlalu lalang.. Iya?
Anya : aahh, iya. Sangat suka bahkan.. Kenapa?
Nino : hhmm.. Tidak apa- apa. Aku sepertinya melihat Anya yang lain disini.. Sejak kapan kau mulai menyukai hal ini?
Anya : e? sepertinya hampir sekitar 1,5 tahun yang lalu… *mikir* ya, sepertinya sejak saat itu.. Aku terkadang suka berjalan sendiri dimalam hari jika sedang suntuk.. Aaahhh satu hal yang sungguh menyenangkan sepertinya… *senyum, liat minumannya*
Nino : *DEG* itu sejak kami lulus sekolah dulu *bicara dalam hati* hhmm.. Anya, apa kau masih marah padaku?
Anya : *sadar, pura- pura gak tau* e? marah untuk?
Nino : untuk kejadian disaat terakhir kita di sekolah dulu. Saat aku tidak memberitahumu tentang kemana aku akan melanjutkan study ku, tentang aku yang tak memberitahumu kalau aku akan ke Australia. Hhmm??
Anya : *terdiam*
Nino : Anya, maaf untuk saat itu aku tidak menjawab pertanyaanmu, aku hanya tidak…
Anya : *tertunduk* sudah, tidak usah di lanjutkan…
Nino : *tetap lanjutkan omongannya* aku hanya tidak ingin kau sedih. Maaf aku tidak memberitahumu ketika aku ke Autralia karena aku fikir itu akan semakin membuatmu sedih. Maaf Anya, aku tida pernah memberi kabar padamu, dan…
Anya : *sontak berdiri, liat tajam ke Nino* kalau kau tidak berhenti membicarakan hal itu, lebih baik aku pulang saja. Aku sudah tidak mau mengingat hal itu, terima kasih untuk ajakan dan minumannya. Aku pulang… *balik*
Nino : *kaget* Anya, maaf.. Baiklah, aku tidak akan membicarakannya *tahan tangan Anya*
Anya : *remas tangannya kuat, liat Nino tajam* apa bisa ku pegang omonganmu itu?
Nino : bisa.. *liat Anya serius* duduklah lagi..
Anya : *diam, duduk lagi*
Nino : hhmm.. Sebaiknya kita membicarakan apa untuk mengembalikan mood mu? Ah, kau mau makan sesuatu?
Anya : tidak, aku sudah kenyang… *minum vanilla latte nya*
Nino : ah, baiklah. Hhmm.. Bagaimana kuliahmu? Lancar?
Anya : sampai detik ini semuanya lancar. Walau kebanyakan mata kuliahnya cukup membuatku stress…
Nino : benarkah? Aahh, kau harus banyak istirahat kalau begitu. Jangan terlalu memporsir tenaga mu, dan jangan sampai terlalu sering begadang..
Anya : hhhmm.. Aku tau.. Kau bagaimana kuliahmu? Apa disana menyenangkan?
Nino : hhmm.. Sama denganmu. Semua lancar. Menyenangkan. Meski pada awalnya aku agak sedikit susah untuk berinteraksi dan harus bisa dengan cepat menyesuaikan keadaan. Tapi semuanya cukup menyenangkan hingga detik ini. *senyum*
Anya : kau sulit berinteraksi? Kenapa? *heran*
Nino : hhmm… entahlah.. Mungkin karena pada awalnya aku benar- benar merasakan perubahan keadaan antara Indonesia dan Australia.
Anya : oohh… *minum*
Nino : *senyum* ah iya, bagaimana kabarnya Vina? Sejak kedatanganku kemarin, aku belum ada bertemu dengannya. Hanya kemarin meneleponnya saja. Ah, aku sangat berhutang budi padanya selama ini…
Anya : *liat tajam ke Nino* ya, kau benar- benar BERHUTANG BUDI padanya… kalian dari dulu tidak pernah berubah jika ingin melakukan sesuatu padaku..
Nino : *kaget dengan ekspresi Anya, sadar* ahahaha.. Maaf, hanya dia satu- satunya teman yang bisa kuhubungi untuk mengetahui keadaan disini…
Anya : *diam*
Nino : ah, hhmm.. Laki- laki yang tadi kerumahmu itu siapa? Apa dia pacarmu?
Anya : o? ah, dia teman ku dikampus.. Ah tidak, tetapi bisa dibilang ia cukup dekat denganku sekarang..
Nino : *remas tangannya* ah, begitu.. Apa kau menyukainya? Kau nyaman dengannya?
Anya : hhmm mungkin iya. Sangat nyaman mungkin.. Entah mengapa aku di kampus tidak mempunyai banyak teman. Dan dia sepertinya satu- satunya teman yang dekat denganku.. *senyum* e?  Mengapa kita jadi membicarakan Dale? Aaiiisshhh…
 Nino : *makin kuat remas tangannya* o? Dale ya namanya… sepertinya kau sangat senang jika membicarakannya. Ah, tidak, aku hanya tiba- tiba saja berfikir tentang dia. *liat jam* ah, sebaiknya sekarang kita pulang. Aku lupa kalau tidak bisa membawamu terlalu lama. Kita pulang sekarang?
Anya : hhmm.. Baiklah.. Ini juga sudah habis *nunjuk minumannya*
Nino : hhmm.. Sebentar aku bayar dulu…

Beberapa menit kemudian…
Nino : sudah. Ayo pulang. Hhmm.. Tapi sebelumnya apa kau masih ada yang ingin dibeli? Biar aku belikan…
Anya : ha? Ah, tidak. Kita pulang saja…
Nino : baiklah, ayo… *jalan*
Anya : *ngikutin Nino dari belakang*

~sampai di depan rumah Anya~
Nino : ah sudah sampai. Masuklah, terima kasih sudah menemaniku…*senyum*
Anya : hhmm.. Tidak apa- apa. Terima kasih juga untuk vanilla latte nya.. *senyum*
Nino : hhmm…
Anya : aku masuk ya, kau hati- hati pulang nya. Bye…
Nino : hhmm.. Ah iya, Anya besok- besok kalau aku ingin pergi lagi kau masih mau kan menemaniku?
Anya : ah oke. Asal kau beritahu saja dulu..
Nino : baiklah, terima kasih. Sudah masuk sana, selamat malam… *senyum*
Anya : Ya, selamat malam *senyum, masuk ke rumah*
Nino : *senyum*

Ini mungkin memang pertemuan biasa, tapi satu hal ini cukup membuat Nino senang karena bisa kembali bertemu dengan Anya. Walau tadi ia sempat secara tidak sengaja membuat keadaan sedikit memburuk, tapi ia sudah berjanji mulai sekarang ia tidak akan membicarakan kejadian yang telah lalu di depan Anya. Ia tahu Anya memang sangat sedih jika memikirkan hal itu, dan cakan semakin sedih jika ia membicarakannya. Anya. Gadis bodoh itu ternyata sedikit berubah sekarang. Dan satu hal, ia sekarang mempunyai saingan. Anya, menyukai Dale. 

He’s back

~~Aku mungkin tak seperti orang yang kau kenal dulu. Aku mungkin tak seperti yang dulu. Terlebih disaat setelah kau meninggalkanku tanpa memberikan alasan yang jelas. Aku memang bukan orang yang gampang melupakan sesuatu yang dapat membuat hatiku sedih. Meski aku tau tak seharusnya aku begini. Namun, sekali lagi aku bukanlah orang yang gampang melupakan alasan kesedihanku. Dan kau tau, aku sangat sedih ketika kau meninggalkanku. Dan sekarang kau berdiri dihadapanku. Datang tanpa memberi aba- aba, meski aku tau kau akan datang. Mungkin jika kau memberitahuku kapan kau akan datang, mungkin aku akan lebih bisa mempersiapkan semuanya, terutama hatiku. Dan sekarang, apa yang bisa kulakukan ketika kau sudah dihadapanku. Maaf jika aku hanya bisa terdiam memandangi kedatanganmu dan tak berbuat apa- apa…~~

Pagi Minggu ini terasa lebih dingin dari biasanya. Seperti hati Anya yang masih dingin sampai detik ini. Hari ini Anya tidak kemana- mana. Ia sudah benar- benar mengosongkan jadwal hari ini untuk beristirahat dirumah. Ia tidak ingin hari libur nya kali ini diganggu dengan hal- hal yang bersangkutan dengan urusan kuliahnya.

Pagi ini ia sudah bangun, namun ia masih enggan untuk bangkit dari tempat tidurnya. Ia sengaja mematikan lampu kamarnya dan sekarang ia sedang memandang keluar jendela. Sinar matahari pagi samar- samar masuk menelusuri kamar Anya yang gelap. Dan ini adalah salah satu hal yang paling disukai Anya. Ia merasa ketika itu ia bisa meluapkan segala kepedihan hatinya di satu momen itu. Rasanya ia tidak ingin keluar dari kamarnya satu hari ini. Ia ingin meluapkan segala yang dihatinya di kamar ini. Ia ingin sendiri. Namun sebelum ia melakukan keinginannya itu, ia harus tetap melakukan kegiatan rumahannya sebelum ia kembali lagi ke kerajaannya itu. 

Di satu sisi Australia, Nino sedang bersiap- siap untuk kembali ke Indonesia. Ini adalah musim libur kuliahnya. Dan ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Ia sangat rindu dengan Indonesia, terutama pada satu sosok gadis yang selalu diingatnya. Tepat pukul 12 siang ia lepas landas dari Australia. Ia sudah tidak sabar untuk sampai di tanah air dan bertemu dengan gadisnya itu. Sementara Anya, sekarang ia sudah berada di kerajaannya. Ia sudah siap dengan kegiatan sendirinya. Ia ingin meluapkan segalanya disini.

Tepat pukul 2 lewat 30 menit waktu Indonesia, Nino telah sampai di tanah airnya. Ia menghirup udara Jakarta yang sangat khas. Ia merindukan ini. Sangat merindukannya. Hampir 1,5 tahun di Australia membuatnya sangat merindukan ini dan ingin melakukan banyak hal disini. Tak lama berselang, ia tiba- tiba ingat apa yang akan dilakukannya pertama kali begitu sampai. Ia langsung menghubungi Vina, sahabat Anya. Ia meminta Vina untuk menghubungi Anya dan mengajaknya bertemu di danau sekitar taman kota. Ia mengatakan ingin memberi kejutan kepada Anya, dan rencana itu berhasil. Vina menghubungi Anya dan berpura- pura mengajaknya bertemu di danau pukul 4 sore hanya untuk sekedar menghilangkan stress. Dan Anya menyetujui itu. Anya tidak mengetahui bahwa ini adalah rencana Nino.

Tepat pukul 4 sore, Anya sampai di danau sekitar taman kota. Ia hanya berpakaian seadanya saja, karena ia mengira ini hanya untuk menemani Vina. Ia hanya memakai celana jeans biru dipadukan dengan kaus putihnya. Rambut panjangnya di kuncir ke atas. Sekarang ia sedang berdiri di tepi danau sambil memandang luas kedepan. Hal lain yang sangat disukai Anya. Ia mengatakan ini bisa menghilangkan stress dan keresahan hatinya dikala ia sedang sedih.

Anya melihat jam tangannya dan sudah setengah jam ia menunggu Vina disini. Namun sahabatnya yang satu itu tak kunjung muncul. Sudah berkali- kali ia menghubungi Vina, tapi handphonenya tak dapat dihubungi. Anya mulai kesal. Entah apa yang menyebabkan Vina tak kunjung muncul. Sampai satu suara mengangetkannya..

Nino : *berdiri dibelakang Anya* sedang menunggu siapa mbak??

Anya : ... *kaget, balik badan, dan terdiam*

Nino : *senyum* hai gadis bodoh, apa kabarmu??

Anya : *tetap diam, tiba2 merasa sesak, genggam tangan kuat2, perlahan mundur selangkah*

Nino : *sadar dengan perubahan Anya, perlahan mendekati Anya* hai, kau apa kabar? Aku kembali..

Anya : *masih diam*

Nino: kau terkejut dengan kedatanganku? *natap Anya muram, remas tali handbag yang dibawanya*

Anya : *masih diam, makin nahan sesak didadanya*

Nino : Maaf, aku datang dengan cara seperti ini.. *pegang tangan Anya* Kau masih marah padaku? 

Anya : *nunduk, tahan nangisnya*

~Haruskah kau muncul disaat seperti ini? Haruskah kau muncul seperti ini? Dengan cara ini? Mengapa dari dulu kau selalu menyebalkan? Selalu mengusiliku dengan tingkah anehmu itu. Dari sejak aku belum mengenalmu sampai sekarang, kenapa sifat itu tidak pernah berubah? Apa denganku saja kau begini? Dan sekarang kau hadir, tepat dihadapanku, dengan cara seperti ini, disaat ini. Yah, kau kembali sukses membuatku terpaku seperti ini, disini~

Nino : kau, kenapa hanya diam? Bicaralah… *tiba- tiba peluk Anya*

Anya : *kaget*

Nino : aku merindukanmu… mengapa kau hanya diam? kalau kau diam begini, aku menyesal pulang ke Indonesia. Aku pulang hanya karena ingin melihatmu…

Anya : *nahan sesak* kau... kenapa seperti ini?

Nino : maaf, aku hanya tidak ingin melihatmu sedih.. Itu saja

Anya : *nahan tangisnya*

Nino : kau apa kabar? Aku merindukanmu… *masih meluk Anya*

Anya : aku tidak baik, buruk.

Nino : *kaget* kenapa?

Anya : *diam*

~tiba- tiba handphone Anya berbunyi, menandakan ada sebuah panggilan masuk~

Anya : *sadar, lepaskan pelukan Nino, sengaja angkat telpon depan Nino* Hhmm?  Aku di taman, kenapa? Oohh.. Iya, besok saja kerumah. Hhhmm.. Aku tunggu. Ya, aku pulang sekarang.. *tutup telponnya*

Nino : *kaget karena dengar yang menelepon suara laki- laki* kenapa? Siapa yang menelepon?

Anya : *diam, hiraukan pertanyaan Nino* maaf, sepertinya aku harus pulang sekarang. Kau, pulanglah dulu kerumah. Orang tuamu pasti menunggumu… *beranjak pergi*

Nino : *tahan tangan Anya* kau tidak baik kenapa?

Anya : aku yakin, kau yang lebih tau jawabannya…

Nino : *hela nafas berat* hhmm.. Ini untukmu *kasih handbag yang dibawanya ke tangan Anya* aku harap kau menyukainya. Aku sengaja membelikannya untukmu.

Anya : *terima handbag, lihat isi dalamya, sesuatu yang berwarna merah, seperti jaket* terima kasih.. Seharusnya kau tidak perlu repot- repot membelikan ini untukku… aku pulang dulu… *beranjak pergi*

Nino : aku besok akan kerumahmu… *setengah berteriak, natap Anya muram* maaf, karena telah membuatmu menjadi tidak baik. Apa sebegitukah dampak yang aku lakukan padamu? Dan siapa laki- laki yang meneleponmu tadi? Apa aku sudah terlambat? Maaf Anya… *nahan sakit di dadanya*

Dan akhirnya mereka bertemu setelah hampir 1,5 tahun berpisah tanpa ada kata pamitan sekali pun. Nino kembali. Dan Anya sekarang masuk dalam masa dimana ia harus kembali seperti pada awalnya. Dan ini sangat sulit. Dan sekarang ia sedang berusaha menemukan jiwanya yang seketika menghilang entah kemana setelah bertemu dengan Nino sore tadi. 

I Think It's The Day

Anya sekarang sudah berada dikampusnya. Jam kuliahnya akan mulai sekitar lima belas menit lagi. Dan sekarang ia sudah berada di dalam kelasnya. Namun dikarenakan kelas masih sangat sepi, sekarang dikelas hanya ada dia dan dua orang teman lainnya. Hari ini adalah hari ke tujuh setelah telepon Vina minggu lalu. Artinya ini sudah seminggu kemudian setelah telepon Vina yang begitu mengejutkan Anya. Telepon yang membawa sebuah berita. Entah itu berita senang atau sedih pada akhirnya. Karena pada minggu ini akhirnya Nino, sahabat lama mereka akan kembali dari Australia. Sejak kejadian terakhir saat mereka masih sekolah dulu, sampai sekarang mereka belum ada pernah bertemu sama sekali. Jangankan bertemu, Nino bahkan tidak pernah sekali pun memberi kabar kepada Anya. Ia hanya berhubungan dengan Vina, dan itu pun hanya beberapa kali. Sejak kejadian terakhir di sekolah itu, mereka seakan seperti orang yang aneh satu sama lainnya. Terutama Nino, karena ia merasa ia telah mengecewakan Anya saat itu.

Hari ini Anya merasa dirinya sangat aneh. Entah mengapa perasaannya sekarang antara bahagia dan sedih. Bukan sedih, tapi seperti tidak suka lebih tepatnya. Entah mengapa ini terjadi. Ia senang karena akan bertemu dengan teman lamanya, dan tidak suka karena dengan melihat sahabatnya itu, ia akan mengingat kejadian itu lagi. Entah mengapa, disaat itu ia sangat tidak ingin Nino pergi jauh darinya. Entahlah. Sekarang jika mengingat itu yang ia lakukan hanya terdiam. Dan sekarang hatinya sedikit lebih bisa menerima keadaan yang ada.

Dikelas sekarang masih hanya mereka bertiga. Anya melihat ke seluruh penjuru kelasnya. Dan entah mengapa ia merasa teman- temannya sedikit lebih lama datang dari biasanya. Padahal bisa diaktakan sekarang sudah hampir masuk jam kuliah. Dikarenakan bosan yang melanda, Anya pun akhirnya mengirim sebuah pesan ke Vina untuk menanyakan jadi taau tidaknya sahabat mereka itu datang hari ini.

"Vina, hari ini jadi tidak Nino datang dari Australia?"

Setelah mengirim pesan itu, sekarang Anya menunggu dengan hati yang semakin penasaran. Hp nya yang ditimang- timang dan diputar- putar nya di tangan itu adalah bukti bahwa sekarang ia sangat  penasaran dengan balasan pesan dari sahabatnya Vina. Dan sekali lagi, entah mengapa waktu terasa berjalan sangat lambat saat itu. Tak sampai semenit kemudian, kegelisahan Anya terjawab. Getar hp nya menandakan ada pesan yang masuk, dan itu adalah balasan dari Vina.

"Hhhhmm.. Aki tidak tau jadi atau tidaknya. Dia tidak ada mengabari lagi tentang kepastiannya. Sorry Nya, tapi aku benar tidak dikabarinya."

Seketika Anya menyenderkan badannya lemas ke sandaran kursi yang di dudukinya sekarang. Hatinya semakin tidak menentu setelah membaca balasan pesan sahabatnya itu. Berarti Nino spertinya memang belum pasti akan kembali pada minggu ini. Dan sekarang yang dapat ia lakukan hanya menunggu kabar selanjutnya.

"Oohh okelah kalau begitu, Vin. Nanti kalau ada kabar lagi, jangan lupa beritahu aku ya.. Thanks Vina sayang. Hhhm.. Kau kapan ada free time? Aku mau cerita sesuatu…"

Kemudian setelah membalas pesan sahabatnya itu, tak lama kemudian dosennya pagi ini pun masuk ke kelas. Begitu juga dengan teman- temannya. Beberapa saat sebelum dosen masuk, teman- temannya secara bergerombolan masuk ke kelas. Entah apa yang terjadi pagi ini. Benar- benar pagi yang aneh bagi Anya. Dan sekarang ia hanya bisa terdiam dengan semua kebingungan yang masih melekat di pikirannya. 

Senin, 06 Mei 2013

[RYEOWOOK] I Love when you play The Piano

~~Aku sudah melihat video konsermu kemarin.
Oppa, boleh aku mengatakan sesuatu tentang itu? Aku menyukai ketika kau memainkan piano. Bisakah kau memainkannya untukku suatu saat nanti? Aku ingin alunan dari tuts piano yang kau tekan itu seutuhnya untukku…
Bisakah oppa?
Aku sangat menyukai ketika kau memainkan piano disaat konser KRY kemarin..
Oppa, bisakah suatu saat nanti aku duduk disampingmu disaat kau memainkan piano itu? Bisakah oppa?
Oppa, saranghae. Jeongmal saranghae... ~~

Kututup buku harian berwarna biru itu. Lalu kupandangi wajahnya yang cantik itu. Sekarang ia sedang tertidur dengan sangat nyaman. Namun, sangat terlihat bahwa ia sedang menahan sakit yang sangat menyiksa dirinya. Park Huna. Ya, gadis cantik yang usianya terpaut dua tahun lebih muda dariku ini adalah teman dekatku sekarang. Hmm.. Tidak. Bukan sekarang, bahkan aku sudah mengenalnya sejak kami berada dibangku sekolah menengah atas. Bahkan disaat memasuki kehidupan perkuliahan, kami masih saja bersama- sama hingga sekarang. Dia adalah seorang yang sangat baik, pintar, ceria, sangat suka tersenyum, dan dia selalu bisa membuatku nyaman berada disisinya. Kami selalu bersama kemana saja. Entah mengapa, aku sangat senang jika berada didekatnya. Namun sayang, disaat kami sudah menyelesaikan pendidikan perkuliahan dan sedang senang dengan pekerjaan yang kami dapatkan, ia tiba- tiba saja jatuh sakit. Awalnya kami mengira ini adalah sakit yang biasa. Namun, ia semakin hari semakin tak kunjung sembuh. Akhirnya suatu hari aku mendapatkan kabar yang sangat mengejutkan tentang dirinya. Ia menderita kanker hati. Dan ini sudah stadium akhir.  Dokter mengatakan ini dikarenakan ia tak pernah memeriksakan kesehatannya, dan akhirnya seperti ini. Hari itu aku kerumahnya, rencana awal aku ingin mengajaknya berjalan- jalan. Tapi, setelah sampai dirumahnya, pembantunya mengatakan bahwa ia sudah masuk rumah sakit sejak tadi malam. Entah apa rasanya hatiku saat itu.  Melihatnya berada diruang yang penuh dengan alat- alat kesehatan itu membuat hatiku sakit. Perih. Namun saat itu aku hanya bisa memandanginya dari jendela kamarnya. Ini dikarenakan dokter mengatakan ia harus beristirahat.

Malam ini aku mengunjunginya setelah selesai dari konser Super Junior. Rasanya aku sudah sangat merindukannya. Sudah beberapa hari ini aku tidak mengunjunginya dirumah sakit. Karena jadwal konser yang sedang padat, aku terpaksa untuk tidak mengunjunginya. Selama masa jadwal konserku, kami hanya berkomunikasi lewat telepon saja.  Malam ini aku datang sudah agak larut malam. Untungnya aku masih bisa untuk menemuinya walaupun ia sekarang sudah terlelap. Ketika memasuki kamarnya, aku langsung mendapati dirinya yang sudah tertidur lelap dengan memeluk buku hariannya yang berwarna biru itu. Dan tak sengaja aku membaca sedikit isi di dalamnya. Segurat senyum terlintas diwajahku, bahwa ia sudah menonton video konserku kemarin. Didalamnya tertulis bahwa ia menyukai disaatku memainkan piano. Dan sebuah kalimat itu sedikit mengangetkan ku. "Oppa, saranghae. Jeongmal sarangahae". Aku memang menyayanginya, bahkan sangat menyayanginya. Namun, untuk mencintainya, aku sedikit takut untuk itu. Super Junior punya banyak fans diluar sana, dan tentunya mereka adalah fansku juga. Aku takut nanti ia tidak siap dengan segala hal yang akan terjadi. Aku tau fans ku tidak akn melakukan apapun yang akan membahayakannya, namun terkadang menjadi seorang idola itu harus mengorbankan segala hal tentang dirinya untuk membahagiakan fansnya. Dan jika nanti ada disaat sesuatu hal yang menyangkut tentang kehidupan pribadiku dangan dirinya, dan ia mendengar sesuatu hal yang harus kusembunyikan, dan tak siap, maka itu akan menyakitinya. Itu saja hal yang sangat tidak aku inginkan. Aku selalu ingin melihatnya tersenyum. Jadi, yang aku bisa lakukan adalah hanya bisa berada disisinya dan berusaha membuatnya tersenyum.

Tak sengaja aku melihat fotoku berada dihalaman paling depan di buku hariannya itu. Hah.. Apa yang bisa kulakukan. Aku hanya bisa berada disisinya dan tetap menjadi temannya. Kembali ku letakkan buku hariannya itu di dalam pelukannya. Sejenak ku elas tangan halusnya dan ku kecup keningnya sebelum akhirnya aku kembali ke dorm untuk beristirahat. Lalu ku letakkan buket bunga mawar putih yang kubawa tadi di meja samping tempat tidurnya. Terlihat laptop biru kesayangannya terletak disana. Itu berarti benar bahwa ia tadi menonton konserku. Lalu aku pun beranjak dari kamarnya.

"Cepatlah sembuh dan kembali tertawa untukku. Aku merindukan itu"
aku berbisik ditelinganya sebelum benar- benar pulang.

Keesokan harinya…
Pagi ini entah mengapa aku sangat malas untuk bangun. Sekarang aku hanya berguling- guling di tempat tidurku. Udara dingin serasa menusuk tulangku. Kembali ku tarik selimut untuk menghangatkan tubuhku. Samar- samar ku dengar suara ribut diluar kamarku. Member yang lain pasti sudah bangun. Dan aku entah mengapa sangat malas untuk bangun. Jadwal kami masih nanti sore untuk dilakukan. Sejenak aku hanya terdiam didalam selimutku. Dan beberapa detik kemudian, aku tersentak karena getar dari handphoneku. Menandakan ada pesan yang masuk. Dan senyum langsung tersirat diwajahku ketika melihat siapa yang mengirimku  pesan ini.  Park Huna.

"Oppa, kau sudah pulang dari Jepang? Kenapa tidak memberitahuku..  Tadi malam kau ke rumah sakit? Hhmm.. Dan kau yang memberikanku bunga mawar putih ini? Mengapa tidak membangunkanku… Gumawo oppa :)"

Langsung aku menekan tombol hijau di handphoneku. Memulai panggilan untuknya. Dan selang beberapa menit, aku langsung bisa mendengar suaranya.

"Yoboseyo.." suaranya yang khas itu langsung memasuki telingaku
"Yoboseyo?" kataku sedikit bertanya
"Hahaha… ne oppa, wae?" ia tertawa mendengar kalimatku yang seperti bertanya itu
"Kau suka bunganya?"
"Ne. sangat suka oppa, gomawo"
"Ne"
"Kapan kau kembali dari Jepang? Tadi malam mengunjungiku, kenapa tidak membangunkanku huh?"
"Aku kembali sudah dari dua hari yang lalu, tapi kemarin langsung menyambung dengan jadwal berikutnya. Mian, aku tidak memberitahumu…  Hmm.. Ne. Aku tidak mau mengganggu tidurmu. Jadi nya  ya aku hanya bisa melihatmu saja"
"MWO? Kau sudah pulang dari dua hari yang lalu? Kenapa tidak memberitahuku? Aiisshh jinja, oppa, kau jahat sekali." katanya sedikit berteriak
"Hehehehe… mianhe, kalau aku beritahupun, aku belum bisa mengunjungimu saat itu juga, jadinya aku diam saja. Kau marah?"
"Aiisshh.. Setidaknyakan hatiku sedikit senang kau sudah kembali ke Korea oppa. Hmm.. Arra, aku mengerti oppa. Lagi pula untuk apa aku marah kan…"
"Gomawo Huna. Aku tau kau begitu."
"Hhmm..  Oppa, aku sudah menonton video konsermu kemarin. Konser KRY yang di Jepang ini."
"aahh.. Jinja? Waaahh cepat sekali kau sudah menontonnya, padahal aku belum bercerita apapun."
"Oppa, kau itu terkenal, jadi sebentar saja konser, aku sudah bisa mendapatkan banyak video konsermu di youtube. Jadi aku sudah menontonnya. Oppa, aku sangat suka dengan konser itu. Terutama disaat kau memainkan piano. Oppa, aku menyukai ketika kau memainkan piano itu." katanya dengan semangat   
"Jinja? Waaahh ternyata kau sangat memperhatikanku.. Hahahaha… gomawo Huna, jeongmal gomawo" kembali segurat senyuman tersirat diwajahku. Aku sangat bahagia ketika ia menceritakan itu.
"Ah, tapi oppa, ada satu part yang aku tidak suka denganmu disaat konser itu"
"mwo? Part yang mana? Aahh aku kira kau suka semuanya…" kataku seketika lemas mendengar kalimatnya
"hhmm.. Ketika kau menyanyikan lagu baby. Bersikap seperti itu dengan penari itu. Dan di akhirnya, mengapa kau seperti ingin menciumnya? Aiisshh aku sangat tidak suka dengan part itu."
"Hahahahahha…" seketika tawaku meledak mendengar kalimatnya yang begitu saja meluncur dari mulutnya itu
"AHHH.. OPPA…mengapa kau tertawa?"
"Ahh.. Hmm.. Mianhe Huna. Hmm.. Huna, itu kan hanya acting, tidak betulan. Dan part terakhir itu juga acting. Tidak mungkin itu aku lakukan. Itu sudah menjadi bagian dari skenario konser. Ini supaya ELF semakin semangat dengan konsernya. Itu saja.. Mianhe Huna.."kataku menjelaskan
"hhmm.. Aku tau, oppa. Tapi entah mengapa aku tidak suka saja"
"HHmm.. Tidak apa- apa, itu wajar. Kau kan juga salah satu ELF, jadi ya memang seperti itu."
"siapa bilang aku ELF, oppa?
"Ha? Wae? Kau kan menyukaiku, itu berarti kau ELF, Huna…" kataku protes
"Ha? Siapa bilang aku menyukaimu. Aku menyukai suaramu, oppa"
"Aah.. Itu sama saja. Menyukai suaraku berarti juga menyukaiku, dan kau itu ELF" kataku menegaskan
"eh, tapi kan aku sudah mengenalmu sejak kita SMA dulu, sebelum kau menjadi seperti sekarang"
"Hmm.. Pokoknya sama saja. Kau itu ELF, tidak penting sejak kapan kita saling kenalnya"
"Hahahahhha.. Iya, baiklah oppa. Aku mengikut saja apa katamu. Kau ini, tidak mau kalah sedikitpun. Oppa, kau tidak ada jadwal hari ini?"
"Hmm.. Ada, nanti sore jadwalku. Wae?" tanyaku
"Ooh.. Ani, aku hanya ingin bertemu denganmu. Sepertinya aku benar- benar merindukanmu oppa.."
"Oh jinjja? Hhmm mianhe Huna, sepertinya aku belum bisa menemuimu. Mungkin lusa kita baru bisa bertemu.."
"Ah, benarkah? Waahh sayang sekali.. Hmm.. Baiklah, tidak apa- apa. Jadwal mu lebih penting, oppa"
"Mianhe Huna, lusa nanti aku akan menemuimu. Aku janji…" kataku meyakinkan
"Hhmmm.. Tidak apa- apa oppa. Tidak usah berjanji, nanti kalau tidak bisa kau memenuhinya, kau sendiri yang susahkan. Hahahaha.. Tidak usah terlalu di pikirkan, oppa. Nanti kalau kau sudah ada waktu kosong kasih tau aku, ne?"
"Hhhmm.. Baiklah…" kataku sedikit menyesal
"Oppa, sepertinya teleponya sampai disini dulu ya. Aku harus menjalani pemeriksaan dulu, ini susternya sudah datang. Mianhe oppa.."
"Aahh.. Baiklah..nanti aku telepon lagi, ne. Cepat sembuh, Park Huna. Semangat untuk pemeriksaannya. FIGHTING Huna !!" kataku sambil mengangkat genggaman tanganku ke udara untuk menyemangatinya. Walau ia tak dapat melihatnya, aku yakin ia bisa merasakannya.
"Hahhahaha.. FIGHTING ! Untuk semua dan terutama mawar putihnya, gomawo oppa. Aku sangat menyukainya. Aku tutup teleponnya ne…"
"Hhhmm… ne, bye Huna" kataku lalu menutup hubungan telepon diantara kami

Aku sangat senang bisa mendengar suaranya pagi ini. Seketika semangatku kembali muncul setelah selesai meneleponnya. Mendengar ia bercerita bahwa ia sangat senang setelah menonton konserku, itu adalah hal paling menyenangkan pagi ini. Semua terasa sangat gampang untuk dilakukan. Dan jadwal yang bertumpuk itu seperti ringan untuk dilakukan. Ya, Park Huna, gadis yang paling bisa membuatku senang. Namun, satu hal yang aku sesali, aku tidak bisa menemuinya sampai lusa nanti karena jadwalku yang sedikit padat. Padahal ia sendiri sudah mengatakan bahwa sangat ingin bertemu denganku.
 Aku berjanji akan melakukan sesuatu untuknya disaat kami bertemu nanti.

~~Lusa~~

Hari ini setelah menyelesaikan jadwalku yang terakhir aku akan menemui Huna dan seperti janjiku, aku akan melakukan sesuatu untuknya.

"Hari ini jadi kan kita bertemu? Tapi maaf Huna, aku baru bisa menemuimu malam nanti, tidak apa- apa kan? Jam 7 nanti aku akan kerumah  sakit.. Tunggu oppa ne :)"

Sejenak aku mengiriminya pesan untuk mengabari bahwa nanti aku akan menemuinya. Lalu aku kembali ke rutinitas awal, melanjutkan jadwal padatku. Selama menjalani jadwalku, pikiranku tak sepenuhnya berada disini, sebagian aku memikirkan Huna yang berada dirumah sakit. Ada satu hal yang ingin aku lakukan untuknya malam ini.
Hari pun berlalu begitu cepat, tak terasa sekarang sudah pukul 5 sore dan jadwalku untuk hari ini berakhir sampai disini. Memang hari ini tidak ada jadwal yang memaksa kami kerja hingga sampai larut malam seperti biasanya. Setelah berpamitan pulang, kami semua langsung menuju dorm. Sesampainya di dorm, aku langsung membersihkan diriku dan segera bersiap- siap untuk menemui Huna. Sebelumnya aku sudah meminta izin ke manager untuk pergi sebentar dan juga sudah mengatakan dengan member yang lain. Jadi tidak ada yang bingung mengapa aku seperti ini sekarang. Tepat pukul 6 aku berangkat menuju rumah sakit tempat Huna dirawat. Tak lupa sebuket mawar putih kesukaan Huna sudah kugenggam ditangan. Dan tepat sepuluh menit sebelum jam 7, aku sudah sampai dirumah sakit, dan langsung menuju kamar Huna.

"Huna, anyyeonghaseyo" kataku memasuki kamarnya. Terlihat ia sibuk dengan laptopnya.
"Anyyeong.. Aaaahhh, oppaaa…" teriaknya setelah melihatku datang lalu membantangkan tangannya lebar seperti ingin memelukku
"Aaahhh… Huna…" teriakku pun, lalu mengahampirinya dan memeluknya.
"Oppa, akhirnya aku bisa bertemu denganmu. Aku sangat merindukanmu, oppa"
"jinjja? Ahahahha.. Akhirnya aku bisa melihat senyumu lagi.. Aku juga merindukanmu.." kataku sambil menggoyang- goyangkan tubuhnya dipelukanku
"Ahahahaha….kau menepati janjimu, oppa"
"Ne, aku tau. Ah, ini untukmu" kataku melepas pelukan dan memberikannya mawar putih yang kubawa tadi
"Aaahhh… gomawo, oppa. Cantik sekali" katanya sambil memandangi mawar itu
"Kau senang aku datang?"
"Sangat senang, oppa. Sepertinya aku sudah lama sekali tidak melihatmu"
"Ahahahahha.. Aku juga. Ah, kau sudah makan? Bagaimana kabarmu?"
"Sudah oppa. Baik, bahkan sekarang menjadi sangat baik ketika kau datang. Kau sudah makan? Bagaimana jadwalmu, padat sekali?"
"Sudah, tadi sebelum aku kesini. Hhmm.. Ya begitulah, kau tau sendiri kan bagaiman jadwalku. Ah, baiklah kalau begitu, kalau kau sudah makan, ayo ikut denganku sebentar" Kataku sambil menarik pergelangan tangannya
"Ha? Kemana oppa? Emangnya boleh dengan dokterku? Aku kan sedang masa pengobatan, oppa" katanya cemas
"Hhmm.. Tenang saja. Tadi aku sudah meminta izin ke doktermu. Kajja ! Aku hanya punya waktu satu jam untuk menculikmu. Hahahahaaa.."kataku menggodanya
"Ha? Baiklah, hahahahhah…"
"Hhmm.. Tunggu. Matamu harus ditutup dulu.  Kau tenang saja, tidak akan ada apa- apa. Kau aman" kataku sambil menutupi matanya dengan penutup mata yang ku bawa

Kami pun akhirnya pergi meninggalkan rumah sakit. Aku tau ia sangat bosan berada disini. Makanya aku ingin memberinya sedikit kejutan malam ini. Setelah 15 menit kemudian, akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Ini seperti ballroom di suatu hotel. Aku sudah mempersiapkannya semenjak telepon kami kemarin. Entah mengapa tiba- tiba ide ini tersirat begitu saja dibenakku. Dan sekarang hanya ada kami berdua disini.

"Jangan buka matamu, sampai nanti aku suruh ne.. Berdiri saja dulu disini"
Kataku berbisik ditelinganya sambil membuka penutup matanya

"1..2..3.. Park Huna, sekarang kau boleh membuka matamu" kataku kemudian
"Hmm.. Oppa, aahh.. Mataku.. Oppa, kau dimana? Mengapa gelap sekalii disini? Oppa.."

Dengan diterangi oleh satu sorot lampu, aku pun mulai memainkan piano putih yang ada didepanku dengan intro lagu Your  Eyes Super Junior KRY, lagu dari subgrupku. Sejenak ia hanya bisa terdiam di tempatnya. Tak mengeluarkan sepatah katapun. Sampai aku menghentikan intro dari lagu ini.

"Huna, sampai kapan kau mau berdiri disitu? Apa kau tidak mau duduk disampingku? Menemaniku memainkan piano ini?" tanyaku.
Aku tau ia sangat terkejut dengan ini. Ya, aku ingin memenuhi keinginan yang tempo hari ia tulis di buku hariannya.

Ia pun beranjak perlahan menuju tempatku dan duduk disamping kiriku. Sejenak aku menatapnya lembut. Ia masih saja terdiam. Aku pun langsung kembali memainkan piano dengan lagu yang sama. Dan perlahan ia akhirnya menikmati alunan bunyi dari tuts piano yang kutekan. Terkadang ia juga bernyanyi bersama denganku. Sampai pada akhir lagu ia menjatuhkan kepalanya dibahuku. Memejamkan matanya  sampai lagu ini benar- benar berakhir dan tuts piano terakhir yang kutekan berbunyi berdenting. Dan sejenak keheningan tercipta diantara kami, sampai akhirnya ia berbicara.

"Aku suka suramu oppa. Dan aku suka ketika mau memainkan piano ini"katanya sambil menyentuh tuts- tuts piano ini
"Hhmm.. Aku tau itu"

Kami berbicara masih dengan posisi yang sama. Kepalanya masih tertopang dibahuku. Yah, aku menyukai hal ini.

"Oppa, bagaimana kau bisa tau kalau aku sangat menginginkan melihatmu bermain piano itu? Bagaimana kau bisa tau kalau aku sangat menginginkan untuk berada disampingmu disaat kau bermain piano? Dan bagaimana kau bisa tau kalau aku menginginkan alunan tuts piano itu seutuhnya untukku? Bagaimana oppa?"
"Hhhmm.. Sebelumnya mianhe Huna, kemarin saat aku mengunjungimu malam itu, kau terlelap sambil memeluk buku harianmu, dan aku tak sengaja melihat isinya. Isinya kau sangat ingin berada disaat seperti ini. Jadi ya aku buat hal seperti ini.. Kau marah?"
"Hah.. Kau tidak sopan, oppa. Itu privacy ku. Hhmm.. Ani, oppa. Bagaimana aku bisa marah jika kau mengabulkan semua yang aku inginkan. Gomawo oppa. Jeongmal gomawo"
"Hhmm.. Sama- sama, Huna. Ini belum seberapa dari yang sering kau lakukan. Kau selalu ada untukku. Mianhe, aku terkadang terlalu sibuk dengan urusanku, dan jarang mengunjungimu"
"Tidak apa- apa, oppa. Aku mengerti"

Dan sejenak kembali keheningan manghampiri kami. Untuk beberapa saat kami sibuk dengan pikiran masing- masing.. Sampai pada akhirnya aku memanggilnya.

"Huna…"
"Hhhmm.. Wae, oppa?" tanya nya sambil kembali menegakkan kepalanya dan memandangiku. 

Aku pun untuk sejenak memalingkan wajahku memandanginya. Sampai akhirnya aku mendekatkan wajahku ke wajahnya dan menempelkan bibirku dengan bibirnya. Aku tidak melakukan yang lebih. Hanya menempelkan bibir kami saja. Aku merasakan ia sedikit terkejut dengan yang kulakukan. Tak kusadari, air matanya jatuh disaat aku melakukan ini. Cukup lama kami berada pada saat ini, dan pada posisi yang sama. Sekali lagi aku tak mau melakukan hal yang lebih, karena aku takut nanti aku akan menyakitinya. Aku hanya ingin membahagiakannya saja. Itu saja.

Aku pun lalu kembali menjauhkan wajahku darinya. Ia masih terlihat kaget dengan hal tadi. Dan aku pun berusaha untuk mengembalikan suasana seperti tadi.

"Huna, kajja kita kembali ke rumah sakit. Waktu kita sudah hampir habis. Keinginanmu juga sudah aku penuhi. Kajja Huna.." kataku sambil memegang pergelangan tangannya dan menariknya untuk pergi. Namun aku merasa ia menahan tangannya, sampai akhirnya ia berbicara.
"Oppa, apa kau menyukaiku?" tanyanya langsung
"Haa.. Hmmm" sontak aku bingung untuk menjawab pertanyaannya. Karena aku belum siap dengan semuanya
"Oppa, jawab jujur saja. Apa kau menyukaiku?" katanya berdiri sambil memandangiku
"Hhhmm.. Huna, aku tidak hanya menyukaimu, bahkan aku sangat menyayangimu. Tapi, aku belum siap untuk menjadikanmu seseorang yang spesial untukku" kataku menjelaskan
"wae oppa?" tanya nya lagi masih sambil memandangiku
"Aku adalah seorang member Super Junior. Kami mempunyai banyak fans diluar sana. Mereka juga sangat mencintai kami. Jika nanti kau menjadi seorang yang spesial bagiku, aku takut kau tidak siap dengan semua yang terjadi. Aku tau kalau fans ku tidak akan melakukan apapun padamu. Aku tau mereka akan selalu mendukung kami. Tapi, terkadang menjadi seperti kami ini tidaklah mudah Huna. Semuanya menjadi konsumsi publik dan terkadang harus dikorbankan untuk membahagiakan mereka. Aku takut nanti ada sesuatu hal yang membuatku menyembunyikan semua tentang kita, dan jika kau mendengarnya kau malah akan tersakiti. Aku tidak mau hal itu terjadi. Aku tidak mau kau tersakiti. Aku rasa jika seperti ini saja, aku bahkan bisa melakukan hal- hal yang lebih dari hanya sekedar seperti seorang yang spesial lakukan. Kau mengerti?"
"Hhhmm…. Aku sangat mengerti oppa. Tapi mengapa kau melakukan hal tadi? Apa kau tidak berpikir itu bahkan akan lebih menyakitiku?"
"Aku hanya ingin membahagiakanmu. Apa hal tadi menyakitimu? Minhe Huna, jeongmal mianhe. Niatku tidak begitu. Aku pun tidak menyangka akan melakukan hal itu. Kau marah?"
"Hhmm… ani, oppa. Aku hanya sedikit terkejut saja. Aku kira kau juga mempunyai rasa yang sama dengan yang kurasakan"
"Perasaan ini kan tidak semestinya harus disatukan seperti yang terlihat kan? Bahkan kita bisa menjalinnya lebih dari yang ini. Nanti jika aku sudah siap dan aku merasa kau juga siap, aku bisa melakukan hal yang lebih dari ini bukan?"
"Ha? Hal yang lebih maksudmu, oppa?"
"Hhhmm.. Mungkin seperti aku bisa menikahimu?" kataku menggodanya
"Aiiisshh.. Oppa, kau menggodakukan?" katanya sambil sedikit memukul lenganku
"Hahhahaha… kan bisa saja. Kalau semuanya sudah siap, apa lagi yang bisa kulakukan dari pada hanya sekedar menjadikanmu pacarku? Kita menikah saja…" kataku sambil menarik tubuhnya kedalam pelukanku
"Hhmmm… terserah kau saja oppa. Aku hanya bisa mengikutinya saja. Hahahaha.." ia tertawa didalam pelukanku.
Kurasakan tangganya sudah melingkar di punggungku.
"Oppa, gomawo. Jeongmal gomawo. Apapun hasilnya kita kan menajadi teman dekatkan?"
"Ne, sampai kapanpun kita akan selalu dekat seperti ini. Percayalah padaku"
"Ne. aku percaya padamu, oppa"katanya menyenderkan kepalanya di dadaku
"Hmm.. Baiklah, kajja kita pulang. Aku rasa doktermu sudah mulai mencarimu. Nanti aku yang dimarahi olehnya. Menculik pasiennya lebih dari waktu yang kujanjikan."
"Hahahhaha… baiklah, kajja!"

Akhirnya kami kembali ke rumah sakit. Benar, waktu yang kugunakan sedikit lebih dari yang kujanjikan. Tapi karena dokter sudah sangat mengenalku, ia bisa dengan mudah ku atasi. Setelah mengantarkan Huna kekamarnya, aku pun menuju ruang dokter untuk meminta maaf atas kelakuanku. Dan setelah selesai dengan urusan itu, aku pun kembali ke kamar Huna, untuk meminta izin pulang.

"Huna, kau sudah bersiap untuk tidur?"
"Ne, oppa. Kau pulanglah lagi, besok kau harus melanjutkan kegiatanmu kan.."
"Ne. Tapi sebelum pulang biar aku bantu kau bersiap tidur."
 Aku pun membantunya untuk mencari posisi yang nyaman untuk tidur.  Ku selimuti tubuhnya dengan selimut yang ada, dan sedikit ku naikkan suhu penghangat ruangan agar ia semakin nyaman.
Setelah semua selesai, aku pun kembali mengecup keningnya, lalu pamit pulang.

"Oppa, pulang ne. Kau istirahatlah yang nyaman. Besok pagi aku telepon lagi ne"
"Hmm.. Ne, oppa. Gomawo. Oppa, kau tidak boleh sering- sering menciumku, nanti kau tidak bisa melupakanku dan melepaskanku…"
"Hhahaha.. Oppa, memang tidak akan melupakan dan melepaskanmu"
"Aiisshh.. Sudah sana, pulang oppa"
"Baiklah. Oppa, pulang ne. Bye Huna. Jalja.." kataku tersenyum sambil beranjak dari kamarnya

Aku pun keluar dari kamarnya dengan senyum yang tak berhenti terpampang di wajahku. Akhirnya aku bisa melakukan sesuatu yang bisa membahagiakannya. Park Huna, oppa akan selalu membahagiakanmu. Ne, oppa akan selalu membahagiakanmu…

~~The End~~