Author :
Tencii
Cast :
Anya, Nino
Sore ini aku masih terduduk di bangku halaman
sekolah. Menatap muram lurus kedepan. Sekolah sudah sepi, hanya ada beberapa
orang siswa saja yang masih berada dilapangan yang baru menyelesaikan latihan
basket. Aku duduk disini lebih tepatnya menunggu salah satu dari mereka yang
latihan itu. Ya, siapa lagi kalau bukan Nino. Aku menunggu Nino. Tapi entah
kenapa aku merasa sangat sedih hari ini. Seakan banyak beban yang menimpa
hatiku. Ingin seperti menangis, tapi tak ada alasan untuk menangis. Jadi nya ya
seperti ini, hanya terdiam muram.
Hari ini adalah hari terakhir kami sekolah
sebelum libur panjang. Ini karena kami hanya tinggal menunggu kelulusan dan
pendaftaran ke universitas. Ini mungkin salah satu hal yang membuatku muram.
Ini berarti aku dan Nino akan melanjutkan kuliah. Dan yang paling menyesakkan,
sampai sekarang aku masih tidak tau Nino akan melanjutkan ke universitas mana.
Dia sama sekali tidak pernah menyinggung tentang hal yang satu ini, sepertinya
terlalu santai dengan ini. Dan setiap aku singgung hal ini, ia selalu
mengatakan tidak tau atau mengalihkan ke pembicaraan yang lain.
Nino : *berjalan menghampiri Anya* heii...
lama menunggu??
Anya : *liat ke Nino* tidak, malah aku lebih
senang jika lebih lama disini...
Nino : *heran* eh, memangnya kenapa??
Anya : tidak kenapa- kenapa, aku hanya ingin
sedikit lebih lama disini. Ingin mengingat semua yang telah kulakukan selama
disekolah ini. Sebentar lagi kan kita
akan libur panjang, bahkan akan segera pergi. Jika kau sudah ingin pulang,
duluan saja, aku akan disini sebentar lagi... *natap ke Nino*
Nino : *terdiam* kalau begitu aku temani.. *duduk
disamping Anya*
Untuk beberapa menit mereka duduk dalam diam.
Sibuk dengan fikirannya masing- masing. Tak ada satu pun yang memulai
berbicara. Hening. Sekian ratus detik berlalu tanpa ada apa- apa yang terjadi
antara mereka. Hanya fikiran mereka masing- masing yang sibuk bertempur dengan
kenangan- kenangan yang terjadi selama tiga tahun belakangan ini. Tampak
seperti sebuah film yang diputar di bioskop, kenangan mereka masing- masing
silih berganti tampak samar lewat lapangan sekolah ini. Terutama Anya. Semakin
ia ingin menghentikan kegiatan ini, semakin banyak kenangan yang muncul
dikepalanya. Dan itu semakin menyesakkan hatinya. Seakan tak ingin meninggalkan
masa SMA nya, namun hidup dan study nya harus berlanjut. Disaat diam memikirkan
kenangannya, sempat ia bertanya pada dirinya sendiri. Mengapa aku begini??
Mengapa aku menjadi sangat sedih seperti ini? Dan mengapa aku tidak ingin orang
yang duduk disebelahku ini meninggalkanku untuk melanjutkan studynya?? Mengapa
harus dia yang aku takutkan jika kehilangan dirinya??
Anya sempat melirik Nino untuk sekilas. Ia
melihat wajah mulus Nino dengan sangat jelas. Namun ia tidak ingin melihatnya
lebih lama. Entah mengapa hatinya semakin sesak ketika melihat wajah itu.
Diputuskannya untuk kembali memandang lapangan sekolah yang sudah sepi itu.
Sekarang hanya tinggal ia dan Nino saja disekolah ini. Dan Nino masih saja
setia menunggunya dan tetap diam dengan fikirannya. Akhirnya ia memutuskan
untuk memecah keheningan diantara mereka.
Anya : *tetap lihat lurus ke lapangan* kenapa
tidak pulang??
Nino : eehh... hhmm... *kaget* aku menunggumu.
Kan tadi sudah ku bilang aku akan menemanimu. Kenapa?
Anya : ah tidak.. aku hanya heran saja kenapa
kau mau menemani ku yang hanya diam disini tanpa tujuan.. hahaha... *ketawa hambar*
Nino : aku pun gak tau, kenapa hatiku
mengatakan untuk menemanimu disini.. mungkin karna tadi kau sudah menungguku
main basket *senyum nyengir*
Anya : haa?? Siapa bilang aku menunggumu??
Tadi kan aku bilang aku ingin disini saja... *liat Nino*
Nino : *kaget* hah?? Jadi kau tidak
menungguku? Jadi tadi kenapa kau bilang kalau kau tidak lama menungguku ...
Anya : itu jawaban ngasal, Ninoo... mungkin
karna aku sedang bosan saja, dan kata- kata itu keluar begitu saja dari
mulutku.. hahhahahah...
Nino : aiisshh... anak ini... jelas- jelas kau
tadi bilang kau menungguku..
Anya : tidaakk... weee... *julurin lidah,
ngejek Nino*
Nino : *liat dengan muka kesal* aaisshhh...
*diam sesaat* tapi, kenapa kau mau disini lebih lama??
Anya : hhmm... entah. Aku pun tak tau
alasannya.. aku hanya sedang ingin lebih merasakan hawa sekolah ini. Terlalu
banyak kenangan disini. Aku hanya ingin mengingatnya....
Nino : oohh... cewek selalu begitu, selalu
merasakan hal- hal kecil seperti ini. Jadinya mereka selalu tampak sedih dan
tak tentu arah..
Anya : *liat nino dengan wajah heran* hah??
Seperti aku??
Nino : *liat Anya* bisa dibilang begitu...
liat saja dirimu, entah mengapa, tak tentu arah seperti ini... terutama wajah
mu itu...
Anya : *nunduk muram* sebegitu nampak kah
lewat mukaku?? Payah.. *merutuki diri sendiri*
-Hening-
Anya : *liat lapangan* Nino, boleh aku tanya
sesuatu??
Nino : ehmm... boleh, nanya apa??
Anya : aku akan menanyakan ini untuk yang
terakhir kalinya... dan tolong jawab dengan jujur... *nahan sesak hatinya, narik napas dalam-
dalam* setelah lulus nanti, kau akan melanjutkan kemana??
Nino : *males jawab* memangnya kenapa, nya??
Anya : *makin sesak hatinya* kalau tidak mau
jawab ya sudah gak apa- apa. Aku hanya ingin tau kemana kau akan melanjutkan
study mu. Soalnya setiap aku tanya hal ini kau selalu jwab tidak tau atau
mengalihkan pembicaraan. Ada tambahan jawaban?? *liat Nino, coba senyum walau
gak bisa*
Nino : *liat Anya* Nya, bukan aku gak mau
jawab, hanya saja...
*belum sempat Nino menyelesaikan jawabannya,
Anya sudah berdiri dan bersiap untuk pergi dengan hatinya yang hampir hancur
berantakan. Ia tidak ingin mendengar kelanjutan jawaban Nino, karna apapun itu
akan semakin menyesakkan hatinya*
Anya : *berdiri* sudah, aku sudah tau
jawabannya.. sekarang aku mau pulang, kau tidak pulang?? *natap lapangan dengan
mata hampir nangis*
*tiba- tiba terdengar teriakan satpam, manggil
mereka berdua*
Satpam : mas Nino, mbak Anya... gak pulang?
Ini sudah sore, sekolah udah sepi dan udah mau di kunci gerbangnya, mbak sma
mas mau disini aja??
Anya : iyaa pakk, ni saya udah mau pulang,
maaf ya paakk *senyum* aku mau pulang, kau akan tetap disini?? Aku duluan...
*liat Nino, balik kanan, pergi*
Nino : *nahan tangan Anya, berdiri* aku antar
pulang...
Anya : *kaget* tidak usah, aku pulang sendiri
saja... *perlahan lepasin tangan dari genggaman Nino*
Nino : *nahan tangan Anya lagi* maaf, maaf
Anya... *liat Anya sendu*
Anya : sudah, aku tidak ingin
memperpanjangnya... oh ya, selamat liburan , kita tidak akan bertemu entah
sampai beberapa bulan kemudian, aku pastinya akan sangat merindukanmu... aku pulang duluan... kau pulang lah... *balik
kanan, lari, nahan air mata*
Nino : *natap Anya yang semakin menjauh*
maafkan aku Anya... aku hanya tidak ingin kau sedih jika aku pergi nanti... aku
juga akan sangat merindukanmu... *jalan sambil nunduk lesu*
Sementara Nino sibuk dengan penyesalannya
sendiri, Anya sibuk dengan membersihkan wajahnya dari air matanya yang tak
henti- hentinya jatuh sedari ia terakhir bertemu dengan Nino tadi. Ia sudah tau
apa yang akan dikatakan Nino jika ia bertanya tentang hal itu. Dan hatinya
semakin sesak ketika mendengar jawaban Nino yang tak pernah jelas itu. Sekarang
ia yakin, Nino akan pergi meninggalkannya sendiri. Entah apa yang bisa diperbuatnya
sekarang. Seakan semua hampa. Ia pun masih berusaha untuk menenangkan hatinya
yang kacau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar